Diagnosis Dislipidemia
Diagnosis dislipidemia dapat ditegakkan atas dasar temuan abnormal dari pemeriksaan profil lipid. Diagnosis tersebut umumnya ditemukan secara tidak sengaja atau saat dilakukan penapisan karena bersifat asimtomatik. Pada kelainan hasil profil lipid yang ditemukan pada anak-anak, adanya kelainan genetik perlu dievaluasi.
Selain menegakkan diagnosis, evaluasi klinis, menggali riwayat penyakit lainnya pada pasien, serta pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk menentukan stratifikasi risiko bagi pasien dislipidemia.[5,20]
Anamnesis
Umumnya dislipidemia tidak menimbulkan gejala, tetapi pada kasus berat pasien dapat mengeluhkan gejala dari komplikasi dislipidemia. Meskipun demikian, saat anamnesis perlu ditanyakan mengenai faktor risiko untuk mengetahui apakah pasien berisiko tinggi mengalami dislipidemia.
Hal yang dapat ditanyakan antara lain tentang gaya hidup, penyakit penyerta dan konsumsi obat-obatan. Riwayat dislipidemia sebelumnya dan riwayat dislipidemia pada keluarga juga perlu ditanyakan.[1,5]
Selain itu, saat anamnesis perlu juga ditanyakan mengenai gejala dari komplikasi yang mungkin disebabkan oleh dislipidemia. Komplikasi tersebut dapat berupa penyakit arteri koroner ataupun perifer, seperti sindrom koroner akut dan peripheral artery disease.
Gejala yang dapat ditanyakan antara lain nyeri tungkai, nyeri dada, pusing, berdebar-debar, adanya bengkak pada ekstremitas bawah atau vena (misalnya leher atau perut), dan pingsan. Gejala lain yang dapat ditanyakan yaitu sesak napas, gangguan kesadaran, sensasi menggelitik, kesemutan, terbakar, atau tertusuk.[5-6,14]
Pemeriksaan Fisik
Meskipun pemeriksaan fisik pada dislipidemia terbatas, terdapat beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan. Hipertrigliseridemia dapat menyebabkan hepatosplenomegali serta warna putih susu pada arteri dan vena retina (lipemia retinalis).
Tingginya kadar low-density lipoprotein (LDL) juga dapat menimbulkan arkus kornea, xanthelasma pada kelopak mata, dan xantoma atau deposit lipid berbentuk plak atau nodul berwarna kekuningan pada daerah tendon achilles, siku, dan lutut. Xantoma juga dapat muncul di lipatan telapak tangan atau kelopak mata.[1,6,14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dislipidemia adalah penyakit atau kondisi lain yang dapat meningkatkan kadar lipid, yaitu sindrom nefrotik, obstructive jaundice, dan hipotiroidisme.
Sindrom Nefrotik
Proteinuria pada sindrom nefrotik menyebabkan produksi berlebih lipoprotein termasuk LDL dan VLDL, penurunan klirens lipoprotein kaya trigliserida, dan gangguan maturasi HDL. Penurunan klirens merupakan akibat langsung dari penurunan aktivitas lipase hepar dan LPL pada jaringan endotelium dan perifer seperti otot dan adiposa.[15,22]
Obstructive Jaundice
Pada kolestasis ditemukan adanya lipoprotein X (LpX) yang berperan dalam peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL pada pasien.[15,23]
Hipotiroidisme
Terdapat 2 jenis hipotiroidisme yaitu hipotiroidisme nyata dan subklinis. Hipotiroidisme nyata ditandai dengan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) yang tinggi dan kadar thyroid hormone (TH) rendah.
Pada hipotiroidisme nyata terdapat peningkatan kadar kolesterol total, LDL, Apo B, dan lipoprotein (a). Sedangkan hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH ≥10 mIU/L dan TH normal. Pada jenis ini ditemukan peningkatan kolesterol total, LDL, dan trigliserida.[15,24]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk kepentingan penapisan maupun penegakkan diagnosis adalah pemeriksaan profil lipid puasa. Sebelum pengambilan sampel darah, pasien dapat berpuasa selama 12 jam. Namun, berdasarkan studi, tidak ada perubahan yang jauh berbeda dalam hasil pemeriksaan baik yang berpuasa maupun tidak berpuasa.
Hasil pemeriksaan profil lipid berupa kadar kolesterol total (TC), trigliserida (TG), dan high-density lipoprotein (HDL). Sedangkan LDL dihitung menggunakan persamaan Friedewald sebagai berikut:
LDL (mg/dL) = TC – HDL – (TG/5) [5,18,20]
Namun persamaan tersebut tidak akurat apabila kadar TG>400 mg/dL sehingga disarankan untuk melakukan pemeriksaan profil lipid puasa ulang. Selain itu untuk mengetahui kadar LDL pada keadaan ini dapat dilakukan pemeriksaan LDL secara langsung.[5,18,20-21]
Kriteria diagnosis dislipidemia berdasarkan kadar TC, LDL, HDL, dan TG dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Kadar Lipid Plasma
Sumber: dr. Gabriela, Alomedika, 2022[6]
Penilaian Kategori Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Penilaian kategori risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien dengan dislipidemia penting dilakukan untuk menentukan target dan pemilihan terapi. Kategori risiko penyakit kardiovaskuler berkisar dari risiko rendah hingga sangat tinggi.
Selain itu, American Association of Clinical Endocrinologists dan American College of Endocrinology (AACE/ACE) juga menambahkan kategori risiko ekstrim dalam penilaian risiko penyakit kardiovaskuler.
Risiko Ekstrim
Pasien yang termasuk dalam risiko ekstrim adalah pasien-pasien dengan:
- Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik progresif termasuk angina tidak stabil setelah kadar low-density lipoprotein (LDL) mencapai <70 mg/dL
- Bukti secara klinis mengalami penyakit kardiovaskuler pada pasien dengan diabetes mellitus (DM), penyakit ginjal kronis (PGK) derajat 3 atau 4, ataupun familial hypercholesterolemia (FH)
- Riwayat penyakit kardiovaskuler aterosklerotik prematur (<55 tahun untuk laki-laki dan <65 tahun untuk perempuan)[6,30]
Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik sendiri meliputi sindrom koroner akut seperti infark miokard atau angina tidak stabil, angina stabil, revaskularisasi koroner seperti percutaneous coronary intervention, coronary artery bypass graft, dan prosedur lain.
Stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri perifer, dan ditemukannya plak signifikan pada angiografi koroner, CT Scan atau USG karotis, juga termausk dalam penyakit kardiovaskuler aterosklerotik.[25]
Risiko Sangat Tinggi
Pasien yang memiliki nilai Systematic Coronary Risk Estimation (SCORE) ≥10% termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi. Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskuler aterosklerotik sebelumnya, baik secara klinis maupun pencitraan juga tergolong memiliki risiko yang sangat tinggi.
Selain itu gangguan vaskuler, pasien yang termasuk dalam kategori risiko sangat tinggi adalah pasien dengan DM dengan kerusakan organ target atau minimal 3 faktor risiko mayor atau DM tipe 1 onset awal dengan durasi DM >20 tahun.
Yang termasuk pasien risiko sangat tinggi juga adalah pasien dengan PGK berat (GFR <30 mL/menit/1,73 m2) atau pasien dengan FH disertai penyakit kardiovaskuler atherosklerotik atau faktor risiko mayor lain.[25]
Adapun faktor risiko mayor yang dimaksud adalah:
- Usia ≥45 tahun untuk laki-laki dan ≥55 tahun untuk perempuan
- Riwayat keluarga (orang tua atau saudara kandung) dengan penyakit arteri koroner prematur yaitu sebelum usia 55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan
Hipertensi (sistolik ≥140 mmHg, diastolik ≥90 mmHg) atau mengonsumsi obat anti hipertensi
- Merokok
- Kadar HDL rendah (<40 mg/dL)[20]
Risiko Tinggi
Pasien dinilai berisiko tinggi mengalami risiko penyakit kardiovaskuler apabila nilai SCORE ≥5% dan <10%. Selain itu, pasien dengan peningkatan kolesterol total >310 mg/dL, LDL>190 mg/dL atau tekanan darah ≥180/110 mmHg, juga termasuk berisiko tinggi. Pasien lain yang termasuk dalam kategori risiko tinggi adalah:
- FH tanpa faktor risiko mayor lain
- DM tanpa kerusakan organ target, dengan durasi ≥10 tahun atau dengan faktor risiko lain
- Penyakit ginjal kronis sedang (GFR 30-59 mL/menit/1,73 m2)[25]
Risiko Sedang
Pasien muda dengan DM tipe 1 <35 tahun atau DM tipe 2 <50 tahun dengan durasi DM <10 tahun tanpa faktor risiko lain tergolong dalam kategori ini. Demikian pula, pada pasien dengan nilai SCORE ≥1% dan <5%.[25]
Risiko Rendah
Adapun pasien dengan nilai SCORE <1% termasuk dalam kategori risiko rendah.[25]
Penulisan pertama oleh: dr. Afiffa Mardhotillah