Pendahuluan Tiroiditis
Thyroiditis adalah inflamasi pada kelenjar tiroid. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kondisi autoimun (thyroiditis Hashimoto dan thyroiditis postpartum), infeksi (painful subacute thyroiditis dan thyroiditis supuratif), radiasi, obat-obatan (amiodaron dan lithium), serta fibrosis (thyroiditis Riedel). Namun, kondisi autoimun merupakan penyebab yang tersering.
Onset thyroiditis dapat terjadi secara akut, subakut, maupun kronik. Penyakit ini juga dapat menimbulkan kondisi hipotiroid maupun hipertiroid tergantung jenisnya. Pada thyroiditis akut karena infeksi, karakteristik klinisnya adalah demam, nyeri leher, pembengkakan kelenjar tiroid, warna kemerahan pada area kelenjar, dan limfadenopati regional atau abses. Namun, pada thyroiditis kronik akibat kondisi autoimun atau obat-obatan, nyeri umumnya tidak dirasakan.
Diagnosis thyroiditis adalah dengan anamnesis, pemeriksaan fisik kelenjar tiroid, dan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap, penanda inflamasi, tes fungsi tiroid, dan tes antibodi tiroid. Metode pencitraan seperti USG dapat mendeteksi nodul atau abses pada kelenjar tiroid. Selain itu, pemeriksaan lain seperti radioactive iodine uptake juga dapat dilakukan bila perlu.
Penatalaksanaan thyroiditis akan tergantung pada etiologinya. Thyroiditis akut akibat infeksi bakteri dapat ditangani dengan antibiotik. Sementara itu, thyroiditis subakut akibat infeksi virus biasanya bersifat self-limiting. Obat-obatan simtomatik untuk nyeri dan inflamasi (misalnya golongan non-steroidal anti-inflammatory drugs atau NSAID) dapat diberikan bila perlu. Namun, pada thyroiditis kronik, umumnya diperlukan koreksi hipotiroid/hipertiroid dengan obat seperti levotiroksin atau propylthiouracil.[1,2]