Penatalaksanaan Divertikulitis
Penatalaksanaan divertikulitis tanpa komplikasi adalah dengan menggunakan obat antibiotik dan perubahan gaya hidup. Mayoritas divertikulitis dapat diterapi secara rawat jalan. Jika divertikulitis mengalami komplikasi perforasi, abses, atau perdarahan, tindakan operatif umumnya diperlukan.[2,4,5,15]
Penatalaksanaan Divertikulitis Tanpa Komplikasi
Penatalaksanaan divertikulitis akut tanpa komplikasi adalah antibiotik oral, kontrol nyeri, hidrasi, dan restriksi nutrisi per oral. Penatalaksanaan ini dapat dilakukan secara rawat jalan.[2,4,5]
Antibiotik
Dahulu, antibiotik selalu diberikan pada pasien divertikulitis. Namun, saat ini penggunaan antibiotik direkomendasikan untuk dilakukan secara selektif.
Antibiotik Oral
Bila pasien dengan divertikulitis memerlukan antibiotik, sediaan antibiotik oral cukup adekuat bagi pasien imunokompeten dengan divertikulitis tanpa komplikasi. Durasi pemberian antibiotik selama 4 hari dilaporkan sama baiknya dengan pemberian selama 7 hari.
Jenis antibiotik yang dianggap memiliki efikasi paling tinggi untuk kasus divertikulitis akut masih belum diketahui. Pada prinsipnya, antibiotik yang digunakan adalah antibiotik spektrum luas yang mampu mengatasi bakteri anaerob dan Gram negatif.
Jenis antibiotik yang sering diresepkan bagi pasien dengan divertikulitis adalah kombinasi fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau levofloxacin, atau cotrimoxazole dengan metronidazole. Pilihan lain adalah moxifloxacin atau amoxicillin-clavulanate sebagai antibiotik tunggal.[2,4,5]
Antibiotik Intravena:
Pada pasien divertikulitis yang menjalani rawat inap, antibiotik intravena yang dapat diberikan antara lain dari golongan fluoroquinolone dan metronidazole, ticarcillin-asam clavulanit, ertapenem, atau moxifloxacin.
Bagi pasien dalam kondisi sakit berat atau imunokompromais, pilihan antibiotik yang dapat menjadi pilihan antara lain meropenem, imipenem-cilastatin, atau piperacillin-tazobactam.[2,4,5]
Kontrol Nyeri
Kontrol nyeri dapat dilakukan dengan pemberian paracetamol ditambah dengan antispasmodik. Belum ada rekomendasi obat antiinflamasi ataupun analgesik terbaik untuk tata laksana divertikulitis. Beberapa studi menyarankan penggunaan mesalazine 800 mg 2 kali sehari. Mesalazine dilaporkan efektif untuk mengontrol gejala dan menurunkan rekurensi divertikulitis.[2,4,5]
Diet dan Hidrasi
Diet tinggi serat dilaporkan bermanfaat dalam tata laksana divertikulitis. Serat diduga dapat bermanfaat karena mampu meningkatkan massa feses dan membantu regularitas buang air. Serat juga dipercaya bermanfaat sebagai prebiotik yang akan meningkatkan jumlah mikrobiota baik di intestinal, terutama Bifidobacterium sp dan Lactobacillus sp.
Diet cair juga bisa diberikan pada pasien yang kurang dapat mentoleransi diet padat atau semi solid. Pemberian diet cair selama 2-3 hari, dilanjutkan dengan diet makanan lunak hingga nyeri berkurang. Tujuan dari pemberian diet cair adalah untuk mengistirahatkan usus dan mengurangi nyeri abdomen sehingga tidak terjadi pembentukan feses yang keras. Pemberian diet cair ini juga dapat digunakan sebagai persiapan operasi jika diperlukan.[2,4,5]
Penatalaksanaan Divertikulitis Komplikata
Penatalaksanaan divertikulitis komplikata adalah penggunaan antibiotik spektrum luas intravena dengan atau tanpa pembedahan.[5]
Pendekatan Nonbedah
Pendekatan nonbedah direkomendasikan pada kasus divertikulitis dengan abses kecil berukuran kurang dari 3 cm. Abses dengan ukuran 3-5 cm dapat menjalani drainase perkutan jika memungkinkan.
Terapi yang dapat diberikan adalah pemberian antibiotik spektrum luas secara intravena, mengistirahatkan usus, dan drainase perkutan diikuti pemberian antibiotik oral dan diet cair. Studi menunjukkan 91% pasien dengan divertikulitis komplikata berespons baik dengan pendekatan terapi ini.[5]
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan pada kasus divertikulitis dengan komplikasi perforasi, abses, striktur, dan fistula, maupun divertikulitis rekuren. Tindakan pembedahan akut mungkin diperlukan pada kasus divertikulitis yang disertai tampilan klinis berupa sepsis, adanya udara bebas pada CT abdomen, dan kasus divertikulitis yang tidak membaik dengan terapi farmakologi.
Operasi elektif bagi pasien dengan divertikulitis dapat dilakukan dengan pertimbangan individual, mencakup keparahan episode serangan divertikulitis sebelumnya, faktor risiko spesifik dalam diri pasien, gejala yang persisten, serta keinginan pribadi pasien.
Peritonitis merupakan komplikasi mengancam jiwa dari divertikulitis akut. Perforasi karena kerusakan dinding usus akibat inflamasi pada divertikulitis menyebabkan peritonitis purulen atau fekal. Pasien dengan peritonitis dan sepsis harus mendapatkan resusitasi cairan, pemberian antibiotik secepatnya dan operasi darurat.
Pilihan Tindakan Bedah:
Kolektomi sigmoid darurat terutama diindikasikan pada pasien dengan sepsis, tanda-tanda peritonitis difus, dan pasien yang tidak berespons dengan terapi non bedah. Divertikulitis dengan ukuran abses di bawah 4 cm biasanya berespons baik dengan pemberian antibiotik spektrum luas. Tindakan pembedahan berupa drainase perkutan dicadangkan pada kasus divertikulitis kompleks dengan riwayat kegagalan terhadap terapi farmakologi atau dengan ukuran abses yang besar.
Sementara itu, divertikulitis yang disertai dengan peritonitis fekal atau purulen memiliki mortalitas tinggi, sehingga strategi pembedahan berupa anastomosis primer dengan atau tanpa diversi fekal menjadi pilihan pada pasien yang stabil secara hemodinamik. Apabila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil, prosedur Hartmann dapat dipertimbangkan untuk penatalaksanaan pasien.[5,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita