Penatalaksanaan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Penatalaksanaan disseminated intravascular coagulation (DIC) yang utama adalah mengobati kondisi yang mendasari. Pada banyak kasus, kondisi DIC mengalami perbaikan ketika gangguan yang mendasarinya diterapi dengan benar. Namun, pengobatan suportif yang ditujukan untuk mengatasi kelainan koagulasi juga dapat diperlukan.
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dari DIC berfokus pada terapi suportif untuk mengatasi perdarahan, pengembalian fungsi koagulasi, serta penggantian trombosit yang dipakai secara berlebihan. Penatalaksanaan haruslah ditekankan kepada memperbaiki klinis pasien, bukan mengoreksi hasil laboratorium.
Trombosit
Kadar trombosit dan faktor koagulasi yang rendah dapat meningkatkan risiko perdarahan sehingga pemberian komponen darah dapat dipertimbangkan terutama pada pasien dengan perdarahan aktif atau pada pasien yang memerlukan tindakan invasif.
Ambang batas untuk transfusi trombosit tergantung pada keadaan klinis pasien. Secara umum, pada pasien yang mengalami perdarahan, transfusi platelet diberikan pada ambang batas thrombosit <50.000/µl. Pada pasien yang tidak mengalami perdarahan, ambang batas menjadi lebih rendah yaitu 10.000-20.000/µl.
Faktor Koagulasi
Pada umumnya, konsentrat faktor kriopresipitat dan koagulasi tidak secara rutin digunakan sebagai terapi pengganti pada DIC karena tidak memiliki faktor spesifik. Kekurangan fibrinogen, dapat dikoreksi dengan pemberian kriopresipitat atau konsentrat fibrinogen murni bersamaan dengan pemberian fresh frozen plasma (FFP).
Data menunjukkan bahwa defisiensi faktor koagulasi dapat diperbaiki sebagian dengan pemberian FFP dalam jumlah besar, terutama pada pasien dengan international normalized ratio (INR) > 2,0, perpanjangan aPTT 2 kali lipat atau lebih, serta tingkat fibrinogen di bawah 100 mg/dL. Dosis awal FFP yang disarankan adalah 15 mg/kgBB.
Antikogulan
Secara logika, pemberian antikoagulan seperti heparin dapat bermanfaat pada DIC karena DIC disebabkan adanya koagulasi yang berlebihan. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan low-molecular-weight heparin (LMWH) lebih dipilih daripada unfractionated heparin (UFH) karena dilaporkan lebih superior dalam tatalaksana DIC dan risiko perdarahan yang lebih rendah.
Namun, dalam kasus DIC di mana thrombosis mendominasi, seperti pada kasus thromboemboli vena, purpura fulminans berat dengan iskemia akral, dan risiko tinggi terjadinya pendarahan, pemberian UFH infus kontinyu dapat dipertimbangkan karena waktu paruhnya yang pendek dan bersifat reversibel. Pemantauan aPTT dalam kasus ini kompleks dan observasi klinis untuk tanda-tanda perdarahan merupakan hal yang perlu dipantau secara ketat.
Restorasi Jalur Koagulasi
Penggunaan agen yang mampu memulihkan fungsi jalur antikoagulan pada pasien dengan DIC telah dipelajari secara luas. Konsentrat antithrombin telah tersedia sejak tahun 1980-an dan sebagian besar percobaan dengan senyawa ini menunjukkan efek menguntungkan dalam hal peningkatan parameter laboratorik, namun tidak ada uji coba yang menunjukkan penurunan mortalitas yang signifikan.
Berdasarkan teori bahwa depresi protein C berperan besar dalam patofisiologi DIC, diduga suplementasi protein C yang teraktivasi dapat memberikan manfaat. Pertimbangkan mengobati pasien dengan sepsis berat dan DIC dengan protein C teraktivasi dalam bentuk infus-kontinyu, 24 mcg/kg/jam selama 4 hari. Pasien yang berisiko tinggi perdarahan tidak boleh diberikan karena protein C teraktivasi dapat memperpanjang aPTT.[25,26]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja