Penatalaksanaan Tromboflebitis
Penatalaksanaan tromboflebitis meliputi antikoagulan dan stoking kompresi, bila melibatkan vena ekstremitas inferior, di mana semakin ke proksimal derajat kompresi semakin rendah. Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) disarankan untuk keluhan nyeri pada tromboflebitis. Pembedahan dapat diindikasikan bila terdapat trombus >1 cm atau tidak memberikan respon perbaikan klinis pada pemberian antikoagulan.
Tromboflebitis superfisial pada umumnya bersifat ringan, tetapi pengobatannya perlu dilakukan secara tuntas karena dapat beralih ke deep vein thrombosis. Tujuan tata laksana tromboflebitis superfisial adalah untuk mengurangi gejala, mencegah penyebaran trombosis secara superfisial maupun dalam, mencegah kekambuhan, dan mencegah komplikasi.[3,8,15]
Terapi Konservatif
Terapi konservatif pada tromboflebitis adalah elevasi dan istirahatkan ekstremitas yang terkena, kompres hangat, serta edukasi untuk berhenti merokok. Kompres hangat disarankan 3–4 kali per hari dengan durasi kurang lebih 30 menit.
Penggunaan stocking kompresi yang tebal dan panas dapat direkomendasikan pada tromboflebitis di ekstremitas inferior. Penekanan yang diberikan semakin rendah pada area tromboflebitis vena bagian proximal. Gradien kompresi tertinggi adalah 30–40 mmHg pada area jari-jari. Akan tetapi, penggunaan ini perlu memerhatikan kontraindikasi, seperti penyakit arteri perifer.
Pada kasus tromboflebitis superfisial traumatik, penghentian tindakan medis seperti pemasangan infus sebaiknya dilakukan.[6,14]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk tromboflebitis superfisial meliputi antiinflamasi, analgesik, dan antikoagulan. Aspirin dan OAINS lain lebih efektif untuk mencegah trombosis arteri, di mana agregasi trombosit dimediasi melalui tromboksan A2.
Penggunaan antikoagulan dapat diberikan pada kasus-kasus yang lebih berat di mana klot tromboflebitis dapat menyebar dan menyebabkan deep vein thrombosis (DVT). Terapi antikoagulan yang dapat diberikan adalah unfractionated heparin (UFH), low molecular weight heparin (LMWH), fondaparinux, dan antikoagulan oral. Tromboflebitis superfisial pada vena safena magna memiliki keterkaitan dengan DVT sebanyak 6–44%.[1,10,14,15]
Hingga saat ini, tidak terdapat suatu konsensus yang pasti untuk pemberian antikoagulan untuk tromboflebitis superfisial. Suatu pedoman menyatakan bahwa antikoagulan dapat diberikan pada kasus di mana trombus berukuran >5 cm, atau berada 3–5 cm dari percabangan vena safena dan femoralis. Indikasi lainnya adalah tromboflebitis pada vena saphena magna, riwayat tromboemboli sebelumnya, keganasan, dan operasi.
Untuk tromboemboli, American College of Chest Physicians (ACCP) menyarankan LMWH dosis sedang, fondaparinux dengan dosis profilaksis, atau UFH dosis sedang selama minimal 45 hari. Pada tahun 2016, pedoman tersebut diperbaharui, tetapi tidak lagi menyebutkan tentang terapi tromboflebitis superfisial.[3,10,15,16]
Pembedahan
ACCP, British Committee for Standards in Haematology (BCSH), International Union of Angiology (IUA)/ Phlebology (IUP), dan Central European Vascular forum (CEVP) menyarankan terapi antikoagulan dibandingkan bedah sebagai penanganan tromboflebitis superfisial.
Walau demikian, pada beberapa kasus, tindakan bedah ligasi vena dengan/tanpa trombektomi dapat dilakukan. Kasus tersebut meliputi trombus yang berada <2 cm dari percabangan vena safena dan femoral, trombus yang berada mengambang bebas di vena femoral, atau jika terdapat kontraindikasi terapi antikoagulan.[10,15]
Tindakan bedah untuk varises juga dapat dilakukan pada kasus tromboflebitis superfisial yang berulang.[15]
Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan pada kasus di mana infeksi terdapat secara jelas, seperti pada kasus tromboflebitis infektif.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli