Diagnosis Gagal Napas
Diagnosis gagal napas atau respiratory failure perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan dyspnea, terutama apabila ada penyakit yang mendasari seperti pneumothorax atau fibrosis kistik. Analisis gas darah merupakan baku emas diagnosis. Pencitraan dapat membantu mengidentifikasi kelainan yang mendasari timbulnya gagal napas.[1-4]
Anamnesis
Sebagian besar pasien gagal napas datang dengan keluhan sesak napas (dyspnea), keluhan batuk hebat, bahkan datang dengan penurunan kesadaran. Apabila pasien gagal napas datang dengan tanda-tanda kegawatdaruratan seperti penurunan kesadaran, gangguan hemodinamik, ataupun peningkatan usaha napas yang bermakna, sebaiknya segera lakukan tata laksana awal untuk gagal napas.[10,12]
Keluhan
ada anamnesis gagal napas, perlu untuk ditanyakan adanya gejala atau riwayat penyakit yang mendasari (underlying disease) terjadinya gagal napas. Keluhan yang terkait dengan gejala pernapasan bisa mencakup sesak napas, batuk, hemoptisis, produksi sputum yang berlebihan, dan suara napas tambahan seperti mengi.
Keluhan yang terkait dengan sistem kardiovaskular dan dapat muncul pada kasus gagal napas antara lain nyeri dada, orthopneu, dan pembengkakan pada ekstremitas bawah. Keluhan yang terkait dengan gejala sistemik pada gagal napas mencakup penurunan berat badan yang signifikan, demam, penurunan nafsu makan, dan malaise.
Sementara itu, keluhan gagal napas yang terkait dengan infeksi COVID-19 mencakup kehilangan indera penciuman maupun indera pengecap, sakit kepala, nyeri otot, demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak napas, dan kelainan pada kulit seperti ruam kemerahan ataupun bercak-bercak putih yang serupa dengan cacar.[10-12]
Faktor Risiko
Faktor risiko gagal napas yang perlu ditanyakan mencakup riwayat penyakit pasien dan keluarga seperti penyakit infeksi pada pernapasan, trauma pada otak, edema paru masif, atelektasis, pneumonia dengan konsolidasi yang luas, emfisema, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), fibrosis kistik, sarkoidosis, scleroderma, dan fibrosis interstitial.
Tanyakan juga riwayat konsumsi obat-obatan, termasuk konsumsi opioid dan obat golongan benzodiazepin. Riwayat pekerjaan juga perlu ditanyakan untuk mengenali adanya pajanan bahan polutan industri dan paparan lingkungan.[10-12]
Tabel 1. Manifestasi Klinis pada Gagal Napas
Hipoksemia | Hiperkapnia | Tanda Work Of Breathing |
Ansietas | Somnolen | Sesak napas (dyspnea) |
Takipnea | Letargi | Takipnea |
Takikardia | Koma | Napas cuping hidup |
Diaforesis | Gelisah | Penggunaan otot bantu napas |
Aritmia | Tremor | Retraksi |
Perubahan status mental | Edema | Merintih (pada pasien anak) |
Bingung | Sakit kepala | |
Sianosis | Bicara kacau (meracau) | |
Hipertensi | ||
Hipotensi | ||
Kejang | ||
Asidosis laktat |
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[1,2,11]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik gagal napas dapat dilakukan pada beberapa tinjauan sistem. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital juga harus tetap dilakukan.
Keadaan Umum dan Tanda Vital
Pasien dengan gagal napas pada umumnya datang dengan keadaan umum sakit sedang hingga sakit berat dan lemah. Pasien juga dapat datang dengan penurunan kesadaran.[1,2]
Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan adanya takikardia, peningkatan tekanan darah ataupun hipotensi (pada keadaan dengan dekompensasi hemodinamik), ataupun sianosis dan desaturasi.[1,2,4]
Pemeriksaan Regio Facialis, Leher, dan Kelenjar Getah Bening
Dapat ditemukan penampilan cushingoid, sianosis sentral, konjungtiva tampak pucat, distensi vena jugularis, limfadenopati, dan deviasi trakea.[10-12]
Pemeriksaan Regio Toraks
Pada inspeksi toraks dapat ditemukan ekspansi dada yang asimetris, ekspansi dada yang berkurang, bradipnea, takipnea, pernapasan Cheyne-Stoke, pernapasan Kussmaul, pernapasan paradoks, pectus carinatum, atau pectus excavatum. Pada perkusi toraks dapat dijumpai redup maupun hiperresonansi. Pada auskultasi toraks dapat ditemukan adanya penurunan suara napas, suara napas tambahan, gesekan pleura (pleural rub), fremitus vokal taktil, resonansi vokal, ataupun mengi.[10-12]
Pemeriksaan Regio Ekstremitas Atas dan Bawah
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dapat ditemukan adanya asterixis, digital clubbing (jari tabuh), sianosis perifer, dan tremor. Pada ekstremitas bawah dapat ditemukan adanya edema, sianosis perifer dan pembengkakan unilateral.[10,12]
Pemeriksaan Neurologis
Dapat ditemukan perubahan pada tingkat kesadaran hingga penurunan kesadaran pada pasien gagal napas. Adanya penurunan kekuatan motorik pada pemeriksaan menandakan adanya kelainan neuromuskular.[10,11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gagal napas adalah penyakit dengan gejala klinis hipoksemia maupun hiperkapnia. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan saat menegakkan diagnosis gagal napas adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS), pneumothorax, dan emboli paru.[10-12]
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
ARDS atau sindrom distress pernapasan akut dikaitkan dengan kerusakan alveolar difus dan cedera endotel kapiler paru. ARDS ditandai dengan berkembangnya dispnea akut dan hipoksemia dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah peristiwa pemicu seperti trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi masif, pankreatitis akut, atau aspirasi.
Temuan fisik pada ARDS seringkali tidak spesifik, gejala yang dapat ditemukan adalah takipnea, takikardia, dan tanda work of breathing untuk memenuhi kebutuhan fraksi oksigen inspirasi (FiO₂) yang tinggi untuk mempertahankan saturasi oksigen. Pasien juga dapat mengalami demam atau hipotermia, karena ARDS sering terjadi dalam konteks sepsis, hipotensi dan vasokonstriksi perifer.[17]
Pneumothorax
Pneumothorax merupakan kondisi adanya udara atau gas dalam rongga pleura yang dapat mengganggu oksigenasi dan/atau ventilasi. Gambaran klinis pasien dengan pneumothorax bervariasi tergantung pada tipe pneumothorax.
Gejala yang paling umum dari pneumothorax spontan adalah dispnea yang terjadi tiba-tiba dan cenderung parah karena penurunan cadangan paru. Gejala klinis seperti rasa ansietas, batuk, dan malaise lebih jarang ditemukan pada pneumothorax spontan.
Tension pneumothorax biasanya memiliki gejala yang lebih khas daripada tipe pneumothorax lainnya. Tension pneumothorax secara klasik ditandai dengan hipotensi dan hipoksia. Pada pemeriksaan fisik, suara napas tidak terdengar pada hemitoraks yang terkena dan ditemukan deviasi trakea dari sisi yang terkena. Perkusi pada toraks dapat ditemukan hipersonor, serta dapat juga ditemukan adanya distensi vena jugularis.[18]
Emboli Paru
Emboli paru adalah ketika trombus tersangkut di arteri pada paru sehingga menghalangi aliran darah ke paru. Emboli paru biasanya timbul dari trombus yang berasal dari sistem vena dalam pada ekstremitas bawah. Setelah melakukan perjalanan ke paru, trombus besar dapat bersarang di percabangan arteri pulmonalis utama atau cabang lobus dan menyebabkan gangguan hemodinamik.
Manifestasi klinis klasik dari emboli paru adalah nyeri dada pleuritik yang tiba-tiba, sesak napas, dan hipoksia. Gejala atipikal yang dapat ditemukan pada pasien emboli paru adalah penurunan kesadaran, kejang, sinkop, batuk produktif, dan mengi.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis gagal napas ditegakkan melalui pemeriksaan analisis gas darah yang merupakan standar baku untuk mengetahui pH, tekanan parsial oksigen arteri (PaO₂), dan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO₂). Pemeriksaan pencitraan seperti rontgen toraks juga dapat mendukung diagnosis gagal napas dengan menunjukkan penyebab gagal napas.[4,10,11]
Analisis Gas Darah
Pemeriksaan analisis gas darah arteri merupakan kunci diagnostik gagal napas. Melalui pemeriksaan ini dapat ditemukan informasi mengenai tekanan parsial oksigen arteri (PaO₂), tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO₂), dan serum bikarbonat (HCO₃).[2,4,10]
Status oksigenasi dapat dinilai melalui interpretasi PaO₂. Hipoksemia didefinisikan sebagai PaO₂ <60 mmHg. Sementara itu, hiperkapnia didefinisikan sebagai PaCO₂ >45 mmHg. Selain itu, hasil dari analisis gas darah dapat menunjukkan etiologi dari gagal napas seperti pada tabel di bawah ini.[10-12,20]
Tabel 2. Hasil dari Analisis gas darah Arteri dan Etiologi Gagal Napas
Etiologi Gagal Napas | pH | Tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO₂) | Tekanan parsial oksigen arteri (PaO₂) |
Asma | Meningkat | Menurun | Normal |
Asma berat (kelelahan pada otot pernapasan) | Menurun | Meningkat | Menurun |
PPOK tanpa retensi CO₂ | Normal | Normal | Menurun |
PPOK dengan retensi CO₂ | Normal atau menurun | Meningkat | Menurun |
PPOK ekserbasi akut | Menurun | Sangat meningkat | Sangat menurun |
Kelainan pada sistem saraf pusat (SSP) | Menurun | Meningkat | Menurun |
Kelainan pada neuromuskular | Menurun | Meningkat | Menurun |
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[10-12,20]
Pemeriksaan Pencitraan
Berbagai modalitas pencitraan dapat digunakan untuk evaluasi dan diagnostik gagal napas salah satunya adalah pemeriksaan rontgen toraks yang dapat menunjukkan beberapa hal yang terkait dengan gagal napas seperti:
- Abnormalitas pada distribusi vaskular
- Corakan bronkial
- Gambaran efusi pleura
- Adanya infiltrat dan distribusinya pada lobus paru[1,2,12]
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa parameter pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjukkan etiologi pada gagal napas, seperti:
- Kadar hemoglobin yang rendah dapat menunjukkan hipoksia jaringan
Polisitemia dapat menunjukkan gagal respirasi hipoksemia kronik
- Abnormalitas pada fungsi ginjal dan fungsi hepar dapat menunjukkan adanya kelainan dari proses metabolik yang menyebabkan gagal napas atau dapat juga menunjukkan adanya komplikasi dari gagal napas
- Pemeriksaan kadar troponin dengan hasil yang tinggi dapat menunjukkan adanya infark miokard yang sedang terjadi yang dapat menyebabkan gagal napas[1,4,11]
EKG
Elektrokardiografi (EKG) dapat membantu menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan jantung atau membantu mendeteksi gangguan jantung yang dicurigai sebagai penyebab gagal napas.[10-12]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya