Pendahuluan Sepsis
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap infeksi. Sepsis dapat menyebabkan terjadinya gagal organ, hipotensi, dan peningkatan morbiditas dan mortalitas.[1-4]
Sepsis terjadi sebagai respon terhadap infeksi yang memicu aktivasi sistem imun pro-inflamasi dan antiinflamasi. Aktivasi kaskade tersebut menyebabkan disregulasi dari sistem pembekuan, terjadinya kondisi imunosupresi, dan disfungsi organ pada tingkat selular, jaringan, dan disfungsi organ.[5,6]
Sepsis dapat ditegakkan jika terdapat infeksi yang dicurigai atau terdokumentasi, disertai tanda disfungsi organ. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) atau qSOFA (quick SOFA) merupakan contoh sistem skoring yang kerap digunakan secara klinis dalam diagnosis dan penentuan prognosis pasien.
Skor qSOFA mencakup perubahan status mental, dengan skor GCS < 15, tekanan darah sistolik < 100 mmHg, dan laju pernapasan > 22 napas per menit. Sementara itu skor SOFA mencakup berbagai poin yang melibatkan evaluasi sistem organ.
Pada pedoman Surviving Sepsis Campaign 2021, direkomendasikan untuk tidak lagi menggunakan qSOFA sebagai alat penapisan tunggal dalam diagnosis sepsis karena sensitivitas diagnostiknya yang buruk. Meski demikian, skort qSOFA yang positif tetap perlu meningkatkan kecurigaan terhadap adanya sepsis.
Di sisi lain, syok sepsis merupakan bentuk berat dari sepsis, di mana kelainan sirkulasi dan metabolisme seluler yang mendasari cukup besar untuk secara substansial meningkatkan mortalitas. Syok sepsis dapat didiagnosis bila ada gambaran klinis sepsis dengan hipotensi yang menetap, memerlukan terapi vasopresor untuk meningkatkan mean arterial pressure (MAP) di atas 65 mmHg dan laktat > 18 mg/dL meskipun telah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat.[2,4]
Sepsis merupakan kondisi emergensi yang membutuhkan penanganan segera. Penatalaksanaan sepsis mencakup stabilisasi hemodinamik, pemberian antibiotik yang sesuai, kontrol dari sumber infeksi, dan pemberian obat vasopressor untuk mencapai MAP bila diperlukan.[4,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha