Epidemiologi Atrial Flutter
Data epidemiologi mengenai insiden atrial flutter masih kurang tersedia karena sebagian besar studi menganggap atrial flutter dan atrial fibrilasi (AF) sebagai diagnosis yang sama. Lebih dari 70% pasien dengan atrial flutter tidak mengalami atrial fibrilasi, dan kurang dari 10% pasien dengan atrial fibrilasi juga didiagnosis dengan atrial flutter.[2]
Global
Insiden dari atrial flutter diperkirakan sekitar 1/6 dari insiden atrial fibrilasi. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa terdapat 88 per 100.000 orang mengalami atrial flutter setiap tahunnya. Sama seperti atrial fibrilasi, insiden atrial flutter meningkat seiring usia dan berkontribusi pada gagal jantung, stroke, dan mortalitas semua penyebab.[2,6]
Mayoritas pasien dengan atrial flutter merupakan orang lebih tua dengan rata-rata usia 64 tahun. Atrial flutter juga 2,5 kali lipat lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.[2,3]
Indonesia
Belum ditemukan adanya studi epidemiologi mengenai atrial flutter di Indonesia.
Mortalitas
Atrial flutter berhubungan dengan peningkatan mortalitas dalam 10 tahun, yakni 126:1000 orang dalam satu tahun, dibandingkan pada pasien tanpa atrial flutter. Ablasi kateter pada atrial flutter berhubungan dengan penurunan risiko mortalitas keseluruhan dibandingkan pasien atrial flutter tanpa ablasi. Meski begitu, pada penelitian dengan follow‑up jangka panjang (12 tahun) didapatkan bahwa terlepas dari ablasi yang sukses pasien masih memiliki angka mortalitas tinggi, yaitu 23,9%.[7,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita