Edukasi dan Promosi Kesehatan Fibrilasi Ventrikel
Edukasi pada fibrilasi ventrikel atau ventricular fibrillation bertujuan agar pasien memahami pentingnya mengikuti rencana pengobatan, memantau gejala, dan menghindari pemicu potensial. Promosi kesehatan melibatkan gaya hidup sehat, termasuk mengelola tekanan darah, mematuhi diet seimbang, dan menghindari konsumsi alkohol dan stimulan.[3-5]
Edukasi Pasien
Pada fase kegawatdaruratan, edukasi dilakukan terhadap pendamping pasien. Pendamping pasien perlu mengetahui bahwa kondisi yang dialami pasien adalah henti jantung dan henti napas, di mana resusitasi jantung paru diperlukan. Edukasi tersebut perlu mencakup komplikasi resusitasi maupun kemungkinan luaran dari resusitasi tersebut.
Bila pasien telah melewati fase kegawatdaruratan, edukasi perlu mencakup rencana stabilisasi dan penegakan diagnosis etiologi penyakit. Pasien akan memerlukan perawatan di ruang rawat intensif dengan kemungkinan pemeriksaan penunjang dan tata laksana intervensional. Edukasi juga perlu mencakup komplikasi dan prognosis dari pasien, di mana terdapat kemungkinan disabilitas akibat adanya defisit neurologis.
Karena adanya risiko kekambuhan fibrilasi ventrikel, pendamping pasien juga perlu mendapatkan edukasi mengenai pertolongan pertama yang dapat diberikan. Pendamping pasien sebaiknya memiliki pengetahuan bantuan hidup dasar dan akses cepat untuk menghubungi paramedis. Tidak hanya itu, kontrol secara berkala dan kepatuhan pengobatan merupakan hal yang tidak kalah penting dalam mencegah morbiditas dan kekambuhan penyakit.[3-5]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dalam mencegah tingginya mortalitas akibat fibrilasi ventrikel dan kejadian jantung mendadak lainnya, diperlukan promosi kesehatan yang luas di masyarakat. Promosi kesehatan perlu mencakup edukasi hingga pelatihan mengenai deteksi henti jantung dan henti napas, serta bantuan hidup dasar.
Sistem tanggap darurat yang terintegrasi dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang baik memainkan peran penting untuk meningkatkan kesintasan pasien yang mengalami kejadian jantung mendadak. Tidak hanya itu, ketersediaan automated external defibrillators (AEDs) yang mudah dijangkau di tempat umum dapat mendukung algoritma henti jantung yang menyarankan defibrilasi sedini mungkin.[3-5,24]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita