Epidemiologi Kardiomiopati Takotsubo
Secara epidemiologi, kardiomiopati takotsubo lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, dengan perbandingan 9:1. Mortalitas kardiomiopati takotsubo dengan disfungsi ventrikel kiri lebih tinggi, walaupun bersifat reversibel.
Global
Prevalensi kardiomiopati takotsubo diperkirakan sebesar 0,5–0,9% pada populasi umum. Sebuah studi melaporkan bahwa terdapat sekitar 15–30 kasus per 100.000 orang per tahun di Amerika Serikat dan Eropa. Sebanyak 0,02% kasus rawat inap di Amerika Serikat disebabkan oleh kardiomiopati takotsubo.
Manifestasinya yang menyerupai sindrom koroner akut (SKA) kadang sering menyulitkan penegakan diagnosis awal. Sebanyak 1–3% pasien yang dirawat inap dengan SKA akhirnya terdiagnosis akhir sebagai kardiomiopati takotsubo.[4-6,11]
Kardiomiopati takotsubo ditemukan 9 kali lebih banyak pada wanita daripada pria. 90% pasien merupakan wanita postmenopause, dengan rerata usia 62–76 tahun. Wanita usia >55 tahun memiliki risiko 5 kali lebih tinggi daripada wanita usia <55 tahun, dan 10 kali lebih tinggi daripada pria. Wanita postmenopause memiliki peningkatan simpatis dan disfungsi endotel yang merupakan predisposisi disfungsi vaskular.[1,4-5,8]
Pada wanita, pemicu yang tersering adalah stres emosional, sedangkan pada pria adalah stres fisik. Lebih dari seperempat kasus kardiomiopati takotsubo tidak jelas penyebabnya. Kardiomiopati takotsubo sekunder lebih banyak ditemukan pada pria dengan prognosis yang lebih buruk.[1,4-6,8-9,13]
Karena prevalensinya yang lebih tinggi pada usia yang lebih tua, pada umumnya pasien memiliki komorbiditas kardiovaskular, seperti hipertensi, dislipidemia, dan merokok. Komorbid lainnya yang dapat menyertai adalah gangguan cemas, depresi, dan penyalahgunaan zat.[2,12]
Indonesia
Hingga saat ini, tidak ada data epidemiologi kardiomiopati takotsubo di Indonesia.
Mortalitas
Mortalitas kardiomiopati takotsubo pada pasien rawat inap dengan fase akut adalah 4–5%. Meskipun disfungsi ventrikel kiri pada penyakit ini reversibel, tingkat mortalitas dapat lebih tinggi daripada kelompok usianya. Mortalitas selama 30 hari adalah 5,9% dan dalam jangka panjang sekitar 5.6%. Mortalitas meningkat hingga 10 kali bila kardiomiopati takotsubo disertai komplikasi, yaitu syok kardiogenik.
Pasien lansia (usia ≥75 tahun) memiliki risiko mortalitas lebih tinggi, hingga mencapai 6,3%, terkait dengan berbagai komplikasi mayor dan komorbiditas lain.[1,6,11]