Penatalaksanaan Varises
Penatalaksanaan awal pada sebagian besar kasus varises adalah secara konservatif meliputi elevasi kaki, olahraga dan terapi kompresi. Tujuan dari terapi adalah perbaikan gejala dan tampilan varises. Pada pasien dengan gejala menetap, tanda perubahan kulit, ulserasi serta refluks vena superfisial, vena ablasi menjadi terapi yang disarankan.
Tindakan intervensi pada kasus varises dapat dilakukan dengan teknik non bedah seperti skleroterapi dan ablasi, serta melalui prosedur bedah seperti ligasi vena dan cryosurgery.[11,18,19]
Skleroterapi
Terapi ini merupakan terapi utama pada kasus varises dengan cara menyuntikkan zat sclerosant ke dalam pembuluh darah agar pembuluh darah mengecil. Beberapa obat yang biasa digunakan sebagai sclerosant adalah polidocanol, natrium tetradesil sulfat (STS), larutan salin hipertonik, gliserin, dan gliserin dikromasi.
Penentuan jenis, konsentrasi dan volume sclerosant ditentukan oleh banyak faktor terutama jenis dan lokasi pembuluh darah yang terlibat. Namun diusahakan penggunaan volume dan konsentrasi sclerosant sekecil mungkin dengan efek terapi paling efektif.
Saat ini tindakan skleroterapi bisa dilakukan dengan bantuan duplex ultrasound, dan sudah menjadi standar terapi telangiectasia dan varises intrakutan di Eropa. Di Indonesia sendiri, tindakan skleroterapi umum dilakukan terutama pada varises yang kecil.
Penatalaksanaan dengan teknik ini dapat menimbulkan komplikasi hiperpigmentasi kulit sekitar, pembekuan darah dan ulserasi. Penelitian oleh Malick et al menunjukkan pada 0.5-1.2% tindakan skleroterapi di Amerika menimbulkan komplikasi ulkus.[1,5,9]
Tujuan dari skleroterapi adalah pengobatan varises dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, pengurangan atau eliminasi keluhan, perbaikan gangguan hemodinamik, serta perbaikan estetik dan fungsional. Tindakan ini dapat dilakukan pada jenis varises berikut:
- Vena trunkal
- Vena kolateral
- Varises yang berhubungan dengan perforasi vena inkompeten
- Varises vena retikular
- Spider veins
- Residual atau rekurensi varises setelah dilakukan tatalaksana[1]
Terapi Ablasi
Prinsip terapi ablasi adalah menggunakan radiofrequency atau laser untuk mengobliterasi pembuluh darah. Terapi ablasi dikontraindikasikan pada pasien dengan deep vein thrombosis (DVT) dan thrombophlebitis, kehamilan peripheral artery disease, Sindrom Klippel-Trenaunay atau gangguan vena kongenital lainnya.[11,18,19]
Radiofrequency Ablation
Teknik ini biasanya digunakan pada refluks vena safena dengan memanfaatkan panas untuk menimbulkan injuri termal lokal yang akhirnya menimbulkan trombosis dan fibrosis. Komplikasi yang dapat timbul pada prosedur ini adalah luka bakar, parestesia, flebitis, dan trombosis vena dalam.[5]
Endovenous Laser Therapy (EVLT)
Teknik ini digunakan sebagai pengobatan varises vena dengan memanfaatkan sinar laser untuk menimbulkan obliterasi vena. Penelitian oleh Uruski et al pada tahun 2016 yang membandingkan EVLT dengan tindakan stripping menemukan bahwa tindakan ini lebih superior karena meningkatkan proliferasi sel dan mengurangi adanya radikal bebas pada sel endotel pembuluh darah.[12]
Vena yang direkomendasikan untuk tindakan ini di antaranya vena safena magna, vena safena parva, vena safena aksesorius, vena giacomini, vena superfisialis subkutan, perforasi vena yang mengalami insufisiensi, residual vena intra fascia setelah tatalaksana, dan malformasi vena.[13]
Tindakan EVLT dapat menimbulkan komplikasi yaitu memar, parestesia, flebitis, dan luka bakar yang pada akhirnya menimbulkan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi kulit.[1,5]
Risiko Hiperpigmentasi dan Hipopigmentasi
Karena risiko hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, terapi laser sebaiknya dihindari pada pasien dengan tipe kulit Fitzpatrick no. III, IV, dan VI, yang mana merupakan tipe kulit yang umum pada masyarakat Indonesia.
Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi seringkali dapat muncul 3 minggu setelah terapi laser. Hiperpigmentasi, yang mana diakibatkan deposisi hemosiderin, umumnya sementara tetapi dapat bertahan hingga setahun atau bahkan permanen. Hipopigmentasi yang muncul juga dapat menjadi permanen.[1,5]
Teknik Bedah
Prosedur bedah diindikasikan pada kasus varises vena yang refrakter setelah pemberian obat-obatan dan tindakan intervensi non bedah serta pasien varises vena yang mengalami disabilitas dan ulkus dalam.
Stripping
Prinsip tindakan ini adalah pengangkatan segmen dari vena, biasanya vena safena, menggunakan alat seperti Codman stripper atau Oesch PIN stripper. Komplikasi tindakan ini adalah infeksi, trombosis vena, cedera saraf, dan emboli paru. [1,5,9]
Ligasi Vena dan Phlebectomy
Kumpulan varises vena besar yang berhubungan dengan vena safena inkompeten dapat diavulsi dengan teknik stab phlebectomy. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengangkat varises melalui luka kecil yang dibuat menggunakan Beaver blade No.11. Tindakan ini dilaporkan menimbulkan perbaikan hemodinamika dan mempercepat perbaikan gejala varises vena dan penyembuhan ulkus.[5,10]
Cryosurgery
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan sebuah cryoprobe yang diturunkan melalui vena safena panjang setelah ligasi saphenofemoral. Kemudian probe didinginkan dengan NO2 atau CO2 hingga mencapai suhu minus 85 C. Vena tersebut selanjutnya dapat ditarik secara retrograde setelah 5 detik.[5]
Medikamentosa
Sampai saat ini belum ada obat-obatan oral maupun topikal yang terbukti efektif dalam menyembuhkan varises. Namun, terdapat sebuah studi mengenai efikasi micronized purified flavonoid fraction (MPFF) dalam memperbaiki gejala varises seperti nyeri, rasa berat pada tungkai, kelelahan,rasa bengkak pada tungkai, rasa ketat,keram, paresthesia,rasa terbakar, pruritus, dan functional discomfort.[15]
Pada kasus varises yang disertai dengan komplikasi tromboflebitis, pemberian ibuprofen dan aspirin dapat digunakan untuk mengurangi gejala. Pemberian gel topikal dan steroid topikal dapat digunakan untuk mengurangi gejala akibat dermatitis stasis yang sering terjadi pada pasien varises.[1,5]
Terapi Suportif
Tata laksana pada kasus varises dapat didukung dengan beberapa tindakan suportif seperti:
- Mengangkat tungkai agar edema dan tekanan intraabdominal dapat dikurangi sementara
- Olahraga teratur untuk memperkuat otot betis dan memulihkan fungsi pompa betis. Olahraga juga diutamakan pada pasien yang mengalami faktor risiko obesitas
- Pemakaian stoking kompresi untuk mengurangi bengkak, memperbaiki pertukaran nutrisi, dan meningkatkan mikrosirkulasi pada tungkai yang terkena varises[5]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri