Prognosis Frostbite
Prognosis frostbite untuk derajat III dan IV lebih buruk, karena mungkin diperlukan amputasi jaringan setelah jaringan viable. Pasien mungkin memerlukan rawat inap dan terapi farmakologi seperti tissue plasminogen activator (tPA). Cedera derajat I dan II memiliki prognosis yang baik dan tidak membutuhkan rawat inap.[1,4]
Disabilitas jangka panjang berhubungan dengan derajat keparahan cedera. Intoleransi terhadap suhu dingin, peningkatan risiko terjadinya frostbite kembali, dan kehilangan sensorik secara permanen merupakan komplikasi yang umum dialami.[1,2]
Komplikasi
Komplikasi frostbite dapat dibagi menjadi komplikasi jangka pendek dan panjang. Beberapa komplikasi jangka pendek yang seringkali terjadi, antara lain infeksi luka, sindrom kompartemen pada ekstremitas, dan gangrene (mumifikasi/gangren kering terlihat pada cedera derajat IV).[1,2,4]
Komplikasi lainnya adalah nyeri/kaku sendi, nyeri regional kronik, hipersensitivitas terhadap dingin, dan amputasi pada ekstremitas. Selain itu, pasien juga berisiko mengalami karsinoma sel skuamosa terutama pada area ulserasi kronik akibat kualitas jaringan yang buruk. Komplikasi lainnya dapat berupa sepsis, tetanus, limfedema, hiperhidrosis, dan kematian yang jarang terjadi.[1,4]
Sekuele jangka panjang atau permanen yang dapat terjadi, berupa jaringan parut, atrofi jaringan, artritis, kelainan tulang, neuropati perifer, hiper atau hipoestesia pada jari dengan penurunan propriosepsi, dan nyeri kronik. Sedangkan, pada pasien anak-anak dapat mengalami nekrosis epifisis dengan kelainan pertumbuhan.[1–3]
Prognosis
Prognosis secara klinis dari frostbite dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa tanda-tanda prognostik klinis yang baik, antara lain semakin dangkal cedera, pemulihan dini pada pinprick sensation (teknik pemeriksaan sistem sensorik), kulit tampak sehat setelah dihangatkan kembali, serta adanya bleb berwarna bening bukan hemoragik.[1,2,4]
Sedangkan, beberapa tanda-tanda prognostik buruk pada frostbite, antara lain tidak adanya edema, lepuh hemoragik, bleb tidak meluas ke distal, sianosis dan anestesi setelah penghangatan kembali, serta jaringan yang membeku.[1,2,4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli