Epidemiologi Syok Hemoragik
Data epidemiologi menunjukkan bahwa syok hemoragik sebagian besar disebabkan oleh trauma. Perdarahan pada syok hemoragik juga merupakan alasan tersering perlunya tindakan transfusi darah.[1-3]
Global
Secara global, sebagian besar kasus syok hemoragik disebabkan oleh trauma. Pada salah satu pusat trauma di Amerika Serikat, selama 1 tahun dilaporkan sebanyak 62,2% dari transfusi darah masif dilakukan pada kasus cedera traumatik dengan perdarahan akut, sedangkan sisanya terjadi pada kasus pembedahan kardiovaskular, critical care, obstetrik, dan bedah umum. Kejadian trauma menggunakan lebih dari 75% produk darah yang tersedia.[3]
Berdasarkan data Trauma Registry of the German Trauma Society pada tahun 2017, terdapat 40.836 pasien trauma, yang mana 66% di antaranya mengalami cedera derajat maksimal yang mengancam nyawa, termasuk syok hemoragik. Data di Jerman juga menunjukkan bahwa perdarahan gastrointestinal mempengaruhi sekitar 100.000 pasien per tahun, dimana diperkirakan sebesar 10.000 pasien mengalami syok hemoragik.[2]
Indonesia
Belum ada data prevalensi syok hemoragik di Indonesia.
Mortalitas
Angka mortalitas syok hemoragik berkisar antara 35,2%. Angka mortalitas bergantung pada jenis trauma, kecepatan penanganan dan faktor risiko pada pasien. Di negara maju yang memiliki sistem pre-hospital yang baik, penanganan dapat berlangsung lebih cepat sehingga angka kematian diperkirakan lebih rendah.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto