Patofisiologi Respiratory Syncytial Virus
Patofisiologi respiratory syncytial virus atau RSV melibatkan penularan melalui droplet udara atau kontak langsung dengan sekresi nasal atau oral dari individu yang terinfeksi. Virus dapat bertahan di berbagai permukaan, selama 6 jam pada permukaan meja, 45 menit pada kertas, dan 25 menit pada permukaan kulit. Masa inkubasi infeksi RSV berlangsung sekitar 3–5 hari setelah paparan awal.[1–3]
Infeksi menyebabkan terjadinya inokulasi virus pada bagian mukosa konjungtiva atau nasofaring. Kemudian, virus akan menyebar pada saluran pernapasan dan menyerang bagian tubuh dengan karakteristik yang memiliki apical ciliated epithelial cells. Virus berikatan dengan reseptor seluler menggunakan glikoprotein RSV-G. Lalu, dengan bantuan glikoprotein RSV-F, terjadi fusi antara virus dengan membran sel pejamu dan selanjutnya terjadi replikasi virus intraseluler.[1–3]
Pada infeksi RSV yang melibatkan saluran pernapasan bawah, terjadi obstruksi saluran pernapasan kecil. Pada kasus yang lebih berat, dapat terjadi obstruksi pada bagian alveolar.[1,2]
Penyempitan dan obstruksi saluran pernapasan diduga disebabkan oleh pembentukan plak mukus. Pembentukan plak mukus tersebut mencakup sejumlah faktor yaitu nekrosis dari sel epitel saluran pernapasan, hipersekresi mukus, gangguan dalam proses pembersihan mukus, disfungsi dari silia dalam saluran pernapasan, infiltrasi sel-sel tertentu, dan edema submukosa. Semua perubahan ini terjadi sebagai respons imun terhadap replikasi virus sebagai tanggapan terhadap peradangan yang terjadi.[1,2]
Pasien yang terinfeksi RSV bersifat infeksius selama 3–8 hari, namun pada neonatus dan pasien dengan imunosupresi, masa infeksius dapat berlangsung hingga 4 minggu.[1,3]