Diagnosis Fraktur Gigi
Diagnosis fraktur gigi dapat dibuat dengan melakukan visualisasi pada gigi. Akan terlihat adanya retakan atau patahan pada seluruh atau sebagian dari bidang gigi. Pada kasus dengan mekanisme trauma yang berat, misalnya kecelakaan lalu lintas kecepatan tinggi, dokter juga perlu melakukan evaluasi pada regio lain, termasuk kemungkinan adanya fraktur rahang.[2,3]
Klasifikasi
Fraktur gigi dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik berdasarkan berbagai sistem klasifikasi berikut.
Klasifikasi Ellis
Menurut klasifikasi Ellis, fraktur gigi dibagi menjadi:
- Ellis I: melibatkan korona sampai enamel. Umumnya tidak nyeri ataupun diskolorasi
- Ellis II: melibatkan enamel dan dentin. Umumnya nyeri dengan rangsangan sentuh atau udara. Lapisan dentin berwarna kuning dapat terlihat pada saat pemeriksaan
- Ellis III: melibatkan enamel, dentin, dan pulpa. Umumnya nyeri dan terlihat darah atau bagian berwarna kemerahan pada bagian tengah gigi
Klasifikasi Silvestri dan Singh
Menurut klasifikasi Silvestri dan Singh, fraktur gigi dapat dibagi menjadi:
- Fraktur komplit: fraktur yang membagi gigi menjadi 2 fragmen terpisah, terdiri dari fraktur oblique dan vertikal
- Fraktur inkomplit: fraktur yang tidak membagi gigi menjadi dua fragmen terpisah, terdiri dari fraktur oblique dan vertikal
Klasifikasi American Association of Endodontists (AAE)
Menurut klasifikasi American Association of Endodontists (AAE):
- Fraktur craze line: melibatkan enamel saja
- Fraktur tonjolan gigi/cusp fracture: melibatkan korona gigi hingga dentin dan berakhir pada bagian servikal gigi
- Gigi retak/cracked tooth: keretakan gigi pada permukaan oklusal ke arah apikal tanpa membagi gigi menjadi dua fragmen
Split tooth: keretakan pada gigi mulai dari batas marginal ke arah mesiodistal yang membelah gigi menjadi dua fragmen terpisah
- Fraktur akar gigi/root fracture: fraktur pada akar gigi, dapat berupa fraktur komplit ataupun inkomplit[1,4,6]
Anamnesis
Pasien biasanya dapat menjelaskan etiologi dan riwayat kejadian dari fraktur gigi, meliputi kontak atau benturan pada bagian oral yang mengalami keluhan. Kontak dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, olahraga, kekerasan fisik, ataupun saat makan makanan yang keras.
Keluhan dari pasien bergantung dari kondisi gigi dan kedalaman fraktur. Secara umum, pasien dapat mengeluhkan aspek estetika karena kehilangan struktur gigi, gangguan fungsi seperti mengunyah atau berbicara, hingga nyeri dan gigi sensitif pada fraktur yang melibatkan pulpa.[2,3,10]
Pada fraktur dengan klasifikasi Ellis I, dimana hanya terjadi keterlibatan enamel, pasien mungkin asimptomatik atau mengalami pecahan kecil dengan tepi yang kasar. Pada fraktur dengan klasifikasi Ellis II, dimana terjadi keterlibatan enamel dan dentin, gejala akan lebih berat. Pasien mungkin mengeluhkan nyeri saat ditekan, rasa sensitif terhadap udara, ataupun infeksi pada area sekitar gigi. Fraktur Ellis III melibatkan pulpa, sehingga pasien akan mengeluhkan nyeri dengan rangsangan apapun, termasuk gerakan dan suhu.[6]
Pemeriksaan Fisik
Pada kasus fraktur gigi, dokter umumnya dapat dengan mudah memvisualisasikan garis fraktur. Berikut adalah kemungkinan temuan pada pemeriksaan fisik.
Pada inspeksi visual, dokter dapat melihat bagian struktur dari gigi yang hilang atau retak. Lakukan perkusi dan palpasi untuk menilai kemungkinan keterlibatan jaringan periapikal dan mobilitas gigi. Tes vitalitas dapat dilakukan untuk melihat respon dari pulpa. Jika ragu-ragu, lakukan tes transiluminasi untuk melihat retakan yang tidak dapat dilihat hanya dengan inspeksi.[2-4]
Enamel Infraction
Enamel Infraction biasanya asimptomatik, dengan tes vitalitas normal. Tidak ada mobilitas gigi, tidak ada keterlibatan jaringan periapikal, dan tidak ada sensitivitas pada perkusi. Kondisi ini biasanya didiagnosis dengan bantuan transiluminasi.[2-5]
Uncomplicated Crown Fracture (Enamel-Only Fracture)
Uncomplicated crown fracture (enamel-only fracture) umumnya terjadi pada bagian proksimal atau insisal dari gigi regio anterior, dengan memperlihatkan bagian enamel gigi yang hilang. Tes vitalitas dan mobilitas gigi biasanya dalam batas normal.[2-5]
Uncomplicated Crown Fracture (Enamel-Dentin Fracture)
Pada uncomplicated crown fracture (enamel-dentin fracture), terlihat bagian enamel dan dentin yang hilang. Gigi umumnya dalam keadaan vital, tanpa sensitivitas terhadap perkusi dan mobilitas.[2-5]
Complicated Crown Fracture (Enamel-Dentin Fracture With Pulp Exposure)
Pada Complicated crown fracture (enamel-dentin fracture with pulp exposure), terlihat sebagian besar mahkota gigi yang hilang dengan pulpa yang terbuka. Gigi biasanya sensitif terhadap udara, suhu, dan tekanan. Tes vitalitas umumnya positif, kecuali ada luksasi pada gigi.[2-5]
Crown-Root Fracture
Pada crown-root fracture dengan atau tanpa paparan pulpa, karena fraktur yang terjadi biasanya memanjang hingga di bawah margin gingiva atau cementoenamel junction (CEJ), pemeriksaan inspeksi visual sulit dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan penunjang radiografi. Pasien biasanya akan memberikan reaksi positif terhadap perkusi dan tekanan.[2-5]
Root Fracture
Root fracture juga membutuhkan pemeriksaan radiografi untuk menentukan lokasi dan panjang dari fraktur. Fraktur ini biasanya melibatkan dentin, pulpa, dan sementum. Pemeriksaan klinis dapat menunjukan perdarahan pada sulkus gingiva, perkusi positif, dan bagian dari mahkota gigi yang goyah. Tes vitalitas pulpa dapat positif maupun negatif, tergantung dari kerusakan pada saraf gigi yang sementara maupun permanen.[2-5]
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding dari fraktur gigi yang perlu dipikirkan adalah resorbsi akar, cracked tooth syndrome, dan atrisi atau abrasi gigi.
Resorbsi Akar Fisiologis
Pada gigi sulung, tanda-tanda fraktur gigi seperti mobilitas dapat merupakan resorbsi fisiologis. Perlu dilakukan pemeriksaan radiografi untuk memastikan dan membedakan keduanya.
Cracked Tooth Syndrome (CTS)
Cracked Tooth Syndrome dapat dikategorikan sebagai salah satu klasifikasi fraktur gigi, namun dapat juga dibedakan karena gejalanya yang spesifik. CTS memiliki gejala nyeri tajam pada saat mengunyah, tanpa penyebab yang jelas dan menetap saat sudah tidak mengunyah. Gejala ini disebabkan oleh adanya retakan tersembunyi pada gigi. Penyebab CTS antara lain karena atrisi, bruxism, trauma, ketidaksengajaan menggigit pada obyek yang keras, adanya restorasi yang besar, dan perawatan endodontik yang tidak baik.
Atrisi atau Abrasi Gigi
Kehilangan struktur gigi, terutama bagian enamel juga dapat disebabkan karena atrisi atau abrasi gigi. Atrisi atau abrasi gigi dapat dibedakan dari fraktur gigi terutama berdasarkan anamnesis dan riwayat lesi, karena atrisi dan abrasi biasanya terjadi dalam jangka panjang. Pasien dengan atrisi dan abrasi gigi umumnya memiliki kebiasaan malfungsional, seperti bruxism atau cara menggosok gigi yang tidak tepat.[2,3,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa radiografi pada fraktur gigi perlu dilakukan terutama pada fraktur yang melibatkan akar gigi. Fungsi pemeriksaan radiografi adalah untuk memastikan lokasi dan panjang dari fraktur di bawah margin gingiva. Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan adalah radiografi periapikal paralel dengan berbagai angulasi (secara vertikal maupun horizontal) dan radiografi oklusal. Cone-beam CT disarankan jika radiografi periapikal dan oklusal tidak memadai untuk menegakan diagnosis dan menentukan rencana perawatan.[2,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan