Diagnosis Gagal Ginjal Akut
Diagnosis gagal ginjal akut (AKI) dibuat berdasarkan temuan penurunan urin dan/atau peningkatan kreatinin darah yang terjadi dalam waktu 7 hari. Menurut KDIGO, diagnosis AKI dapat ditegakkan jika ditemukan salah satu dari kriteria berikut:
- Peningkatan kreatinin serum ≥0,3 mg/dL dalam 48 jam
- Peningkatan kreatinin serum ≥1,5 kali dalam 7 hari terakhir
- Volume urine ≤0,5 mL/kg/jam selama minimal 6 jam[1]
Tabel 2. Kriteria Staging Gagal Ginjal Akut Menurut AKIN[9]
Stage | Kreatinin Serum | Output Urine |
1 | Peningkatan ≥0,3 mg/dL atau ≥1,5-2 kali dari baseline | <0,5 mL/kg/jam selama 6 jam |
2 | Peningkatan ≥2-3 kali dari baseline | <0,5 mL/kg/jam selama 12 jam |
3 | Peningkatan >3 kali dari baseline atau kreatinin serum ≥4 mg/dL dengan peningkatan akut minimal 0,5 mg/dL | <0,3 mL/kg/jam selama 24 jam atau anuria selama 12 jam |
Anamnesis
Anamnesis bertujuan mencari etiologi AKI serta membedakan AKI dengan penyakit ginjal kronis (CKD) atau dengan acute on CKD. Perlu ditanyakan apakah ada keluhan yang mengarah ke CKD seperti kelelahan kronis, anoreksia, gangguan tidur, dan pruritus.[1]
Prerenal
Pada AKI prerenal, pada anamnesis umumnya ditemukan keluhan yang berkaitan dengan hipovolemia, seperti rasa haus, pusing, dan berkurangnya buang air kecil (BAK). Perlu ditanyakan apakah ada muntah, diare, poliuria, atau perdarahan yang dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan tubuh.
Pasien dengan riwayat gagal jantung yang mengakibatkan berkurangnya perfusi ginjal dapat mengeluhkan ortopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.[1,4]
Renal
Pada AKI renal, etiologinya bisa berupa kelainan glomerulus ataupun tubulus. Pada AKI yang disebabkan glomerulonefritis, pasien umumnya datang dengan keluhan hematuria dan bengkak pada wajah. Perlu ditanyakan riwayat infeksi tenggorokan sebelumnya yang dapat menjadi faktor predisposisi glomerulonefritis, juga riwayat obat-obatan dan paparan agen kontras yang dapat bersifat nefrotoksik.[1,4]
Post Renal
Pada AKI postrenal, perlu ditanyakan keluhan yang berkaitan dengan obstruksi saluran kemih, seperti keluhan terkait obstruksi prostat yaitu urgency, frequency, dan hesitancy serta keluhan terkait batu saluran kemih seperti nyeri pinggang dan hematuria.
Perlu ditanyakan riwayat obat-obatan yang berpotensi mengkristal dan menyebabkan obstruksi tubulus, seperti acyclovir, methotrexate, triamterene, indinavir, atau sulfonamid.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada AKI prerenal, dapat ditemukan hipotensi ortostatik yang menunjukkan hipovolemia. Kelainan kulit seperti petekie, purpura, ekimosis, dan livedo reticularis dapat mengindikasikan AKI akibat vaskulitis.
Uveitis dapat mengindikasikan nefritis interstisial atau necrotizing vasculitis. Tanda-tanda komorbiditas seperti hipertensi dan diabetes mellitus juga dapat menyebabkan retinopati yang dapat ditemukan di pemeriksaan fisik. Pada pasien-pasien rawat inap perlu dilakukan pemantauan input cairan dan output urine, serta pengukuran berat badan harian.[1,4]
Pada pemeriksaan fisik abdomen dan digital rectal exam, dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi saluran kemih yang menjadi etiologi AKI postrenal, seperti pembesaran prostat atau massa abdomen. Bruit epigastrium dapat mengindikasikan hipertensi renal yang menjadi predisposisi AKI.[1,4]
Tabel 3. Temuan Pemeriksaan Fisik Pada AKI[1,4]
Sistem Organ | Hasil Pemeriksaan Fisik |
Kulit | Vaskulitis: livedo reticularis, iskemia pada jari-jari, butterfly rash, purpura Endokarditis: bekas suntikan pada penyalahgunaan obat-obatan |
Mata | Kelainan hati: ikterik Myeloma multipel: band keratopathy Vaskulitis autoimun: keratitis, iritis, uveitis Retinopati akibat diabetes atau hipertensi |
Kardiovaskular | Untuk menentukan status volume: nadi, tekanan darah, JVP, edema tungkai Aritmia: gangguan elektrolit Perikarditis uremikum: pericardial friction rub |
Abdomen | Atheroemboli: bruit, massa pulsatil Nyeri abdomen atau costovertebral angle: nephrolithiasis, trombosis arteri atau vena renalis Obstruksi saluran kemih: massa pelvis, massa rectum, hipertrofi prostat, distensi VU |
Diagnosis Banding
Diagnosis banding AKI adalah kondisi lain yang juga disertai penurunan fungsi ginjal, antara lain sindrom hemolitik-uremik dan penyakit ginjal kronis.
Sindrom Hemolitik-Uremik
Sindrom hemolitik-uremik atau hemolytic-uremic syndrome (HUS) merupakan penyakit pada bayi dan anak yang ditandai oleh trias klasik anemia hemolitik mikroangiopati, trombositopenia, dan gagal ginjal akut.
90% HUS tipikal terjadi setelah infeksi saluran cerna yang disebabkan E coli yang memproduksi toksin Shiga. HUS memiliki hasil pemeriksaan penunjang yang khas, yakni anemia hemolitik mikroangiopati (Hb umumnya <8 g/dL), schistocyte pada apusan darah tepi, dan trombositopenia ringan hingga sedang, yang dapat membedakannya dengan AKI.
Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan kerusakan ginjal yang ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus <60 mL/menit/1,73 m2 selama minimal 3 bulan. Pada CKD, nefron ginjal mengalami proses sklerosis progresif yang bersifat ireversibel.
Pasien CKD tahap 1-3 umumnya asimtomatik, sedangkan pasien CKD tahap 4-5 mengalami tanda dan gejala asidosis metabolik seperti malnutrisi, kelemahan otot, dan berkurangnya lean body mass. Pada USG ginjal didapatkan ukuran ginjal yang mengecil.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi AKI dan mengidentifikasi penyebabnya meliputi pemeriksaan fungsi ginjal, urinalisis, ultrasonografi, dan biopsi ginjal.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan eGFR. Rasio BUN:kreatinin melebihi 20:1 mengindikasikan peningkatan reabsorpsi urea yang terjadi pada AKI prerenal. Diagnosis AKI ditegakkan jika terdapat salah satu dari kriteria berikut:
- Peningkatan kreatinin serum ≥26 mmol/L dalam 48 jam
- Peningkatan kreatinin serum ≥50% dalam 7 hari terakhir
- Penurunan output urine menjadi <0,5 mL/kg/jam selama lebih dari 6 jam (pada dewasa) atau 8 jam (pada anak-anak dan lansia)
- Penurunan eGFR ≥25% pada anak-anak dan dewasa muda dalam 7 hari terakhir[4,12]
Urinalisis
Urinalisis dilakukan pada setiap kasus AKI, baik yang sudah terkonfirmasi ataupun masih suspek. Urinalisis dapat membantu mengidentifikasi etiologi AKI. Pada nekrosis tubular akut, dapat ditemukan muddy brown casts, kristal oksalat, dan sel-sel tubular dalam endapan urin. Proteinuria signifikan dapat mengindikasikan jejas di tubulus.[1,4]
Pada obstruksi saluran kemih, dapat ditemukan sel darah merah eumorfik pada urin. Sedangkan pada glomerulonefritis, dapat ditemukan sel darah merah dismorfik atau red blood cell (RBC) cast.[1,4]
Sel darah putih (WBC) cast pada urinalisis mengindikasikan pielonefritis atau nefritis interstisial akut. Kristal asam urat dapat mengindikasikan nefropati asam urat yang menyebabkan nekrosis tubular akut. Pada kasus intoksikasi etilen glikol, dapat ditemukan kristal kalsium oksalat.[4]
Ultrasonografi (USG)
USG dapat mengevaluasi ukuran ginjal dan mengidentifikasi obstruksi saluran kemih. Obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan hidronefrosis yang tampak pada USG. Perlu diingat, derajat hidronefrosis tidak selalu berbanding lurus dengan derajat obstruksi.
Ukuran ginjal yang mengecil pada USG mengindikasikan penyakit ginjal kronis. USG Doppler dapat mendeteksi gangguan aliran darah ke ginjal, seperti tromboemboli atau gangguan renovaskular.[4,12]
Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal bermanfaat mengidentifikasi etiologi AKI renal. Biopsi ginjal jarang dilakukan, dan biasanya diindikasikan pada pasien dengan penurunan drastis fungsi ginjal tanpa sebab yang jelas, untuk mencari etiologi pasti, atau jika hasil biopsi dapat mengubah penatalaksanaan. Biopsi ginjal berisiko perdarahan, khususnya pada pasien dengan disfungsi platelet akibat uremia.[1,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna