Edukasi dan Promosi Kesehatan Gagal Ginjal Akut
Edukasi dan promosi kesehatan gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) meliputi pengenalan tanda-tanda AKI agar keluarga dapat segera membawa pasien ke rumah sakit jika ditemukan dan pengetahuan akan faktor-faktor yang dapat memperberat AKI, seperti obat-obatan yang diketahui nefrotoksik.
Pasien dan keluarga juga diedukasi untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, khususnya pasien lansia dengan komorbid hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, riwayat pembedahan jantung, kanker, gagal jantung, dan transplantasi organ.
Edukasi Pasien
Pasien AKI perlu diedukasi untuk menghindari obat-obatan nefrotoksik, contohnya allopurinol dan gentamicin, serta dianjurkan untuk hanya mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dapat menyebabkan nefritis interstitial, yang dapat mengakibatkan AKI atau memperburuk kondisi AKI.
Pasien AKI rawat jalan beserta keluarganya juga perlu mengenali tanda-tanda perburukan penyakit yang perlu penanganan gawat darurat, yakni:
- Penurunan kesadaran: pingsan, mengantuk berlebih, sulit dibangunkan dari tidur
- Nyeri dada
- Sesak napas
Hipertensi >180/100 mmHg
- Mual-muntah hebat
- Perdarahan hebat
- Tidak bisa buang air kecil (BAK)[4,13]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya AKI menghindari penggunaan obat-obatan atau zat yang dapat merusak ginjal. Selain itu, pasien dihimbau untuk minum air putih yang cukup.
Pasien-pasien yang berisiko terkena AKI, yaitu lansia dengan komorbid hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, riwayat pembedahan jantung, kanker, gagal jantung, dan transplantasi organ sebaiknya melakukan check-up teratur ke dokter setiap tahun. Check-up dapat disertai dengan pemeriksaan penunjang seperti urinalisis untuk memantau kesehatan ginjal dan saluran kemih.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis sebelumnya, lakukan kontrol teratur ke dokter dan pemeriksaan terkait sesuai anjuran dokter.[4,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna