Diagnosis Penyakit Huntington’s
Diagnosis penyakit Huntington’s berdasarkan tanda patognomonik, yaitu gangguan kognitif/intelektual, muskuloskeletal seperti chorea dan psikiatri, serta pengulangan CAG 36 kali atau lebih pada gen huntingtin (HTT). Gejala biasanya dimulai antara usia 30 - 50 tahun, tetapi dapat pula pada kelompok usia lainnya. Riwayat keluarga dengan penyakit Huntington’s harus ditanyakan, karena penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan.[8,10,20–22]
Anamnesis
Anamnesis pada penderita penyakit Huntington’s meliputi gerakan yang tidak terkontrol, keluhan psikiatri, seperti depresi, dan identifikasi adanya gangguan kognitif. Gerakan berlebihan yang tidak disengaja pada bagian tubuh mana pun sering kali menjadi alasan untuk mencari konsultasi medis.
Gejala pertama pada penderita penyakit Huntington’s adalah gejala kognitif atau motorik. Diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan the Unified Huntington Disease Rating Scale (UHDRS) maupun the Shoulson and Fahn capabilities scale atau the Total Functional Capacity (TFC) scale.
Penilaian dengan skala tersebut dilakukan berdasarkan evaluasi kemampuan motorik, perilaku, kognitif, dan kapasitas fungsional dan aktivitas sehari-hari. Secara umum, gejala dapat terbagi menjadi gangguan motorik, gejala psikiatri dan penurunan kognitif.[20–22]
Gangguan Motorik
Gangguan motorik merupakan salah satu gejala pertama pada penyakit Huntington’s. Gangguan motorik diawali dengan distonia, di mana terjadi peningkatan tonus otot dengan gerakan yang lebih lamban. Hal ini kemudian menyebabkan timbulnya postur abnormal, seperti tortikolis.[22]
Gejala motorik lainnya yang khas pada penyakit Huntington’s adalah gerakan tersentak-sentak, acak, dan tidak terkendali yang disebut chorea. Gerakan ini biasanya tidak disadari oleh penderita. Chorea mungkin awalnya ditujukan sebagai kegelisahan umum, gerakan kecil yang tidak disengaja atau tidak tuntas, kurangnya koordinasi, atau gerakan mata sakadik yang lambat.
Kelainan motorik minor ini biasanya mendahului tanda-tanda disfungsi motorik yang lebih jelas setidaknya selama 3 tahun. Gangguan dapat berlanjut dengan munculnya gejala yang jelas seperti kekakuan, gerakan menggeliat, atau postur tubuh yang tidak normal. Gejala ini merupakan tanda bahwa sistem di otak yang berperan terhadap pergerakan telah terpengaruh.[20,21]
Selanjutnya, fungsi psikomotor menjadi semakin terganggu, sehingga setiap tindakan yang memerlukan kontrol otot akan terpengaruh. Gejala umum yang dapat terlihat seperti ketidakstabilan fisik, ekspresi wajah yang tidak normal, serta kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara.[20,21]
Gejala Psikiatri
Gejala psikiatri yang dapat dialami penderita penyakit Huntington’s meliputi sulit konsentrasi, impulsif dan perasaan mudah tersinggung. Penderita juga dapat mengalami depresi bahkan dapat berkembang menjadi adanya keinginan untuk bunuh diri.
Selanjutnya, psikosis dapat muncul yang sejalan dengan terjadinya penurunan kognitif. Oleh karena itu, anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi yang penting dan harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan.[22,23]
Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif yang dialami penderita penyakit Huntington’s lebih menonjol pada gangguan fungsi eksekutif, yaitu kesulitan dalam pengorganisasian, multitasking, dan perencanaan. Gejala ini dapat berkembang menjadi defisit kognitif yang menyebabkan demensia. Proses psikomotor juga menjadi sangat lambat.[22,23]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adanya distonia yang mengarah pada abnormalitas postur, seperti tortikolis, dapat membantu diagnosis penyakit Huntington’s. Pasien juga dapat menujukkan gangguan tingkah laku serta gangguan mood.
Tanda-tanda neuropsikiatri lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan seperti kecemasan, depresi, serta berkurangnya tampilan emosi (afek tumpul sampai datar). Selain itu, dapat ditemukan adanya egosentrisme, agresi, dan perilaku kompulsif.
Gangguan ini dapat menyebabkan kecanduan atau memperburuk kecanduan, termasuk alcohol use disorder, perjudian, dan hiperseksualitas. Kesulitan dalam mengenali ekspresi negatif orang lain juga perlu diamati. Perkiraan tingkat prevalensi gangguan kejiwaan pada pasien Huntington’s berkisar antara 33–76%. Bagi banyak penderita dan keluarganya, gejala-gejala ini adalah salah satu aspek penyakit yang paling menyedihkan karena seringkali memengaruhi fungsi sehari-hari.[24,25,36]
Pikiran untuk bunuh diri dan percobaan bunuh diri lebih umum terjadi dibandingkan pada populasi umum. Selain itu, gen HTT juga diekspresikan di seluruh tubuh, sehingga terkait dengan kelainan jaringan perifer. Kelainan ini termasuk atrofi otot, gagal jantung, gangguan toleransi glukosa, penurunan berat badan, osteoporosis, dan atrofi testis. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh.[24,25,36]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyakit Huntington’s adalah penyakit alzheimer. Berikut tabel yang membedakan antara keduanya.
Tabel 1. Perbedaan Penyakit Huntington’s dan Alzheimer
Huntington’s | Alzheimer | |
Kecepatan Pemrosesan | Lambat, kebanyakan akurat | Lambat, sering tidak akurat |
Berbicara | Kurang jelas, lambat, akurat | Normal dan jelas, sering tidak akurat |
Mempelajari informasi baru | Tidak terorganisir, lambat, dapat belajar | Cepat lupa, tidak dapat berbagi informasi |
Kemampuan recall | Tidak dapat menemukan kata yang tepat Bisa mengenali dengan pilihan Dapat dibantu dengan isyarat | Tidak dapat menyimpan memori Tidak dapat mengenali dengan pilihan Tidak dapat dibantu dengan isyarat |
Sumber: dr. Muhammad Ridwan, 2021[25–31]
Berdasarkan genetik, penyakit Huntington’s juga dapat didiagnosis banding dengan HD-like (HDL) syndromes. Penyebab sebagian besar penyakit HDL tidak diketahui, tetapi penyakit yang diketahui penyebabnya adalah karena mutasi pada gen protein prion (HDL1) dan gen junctophilin 3 (HDL2). Penyakit dominan autosomal lain yang dapat salah didiagnosis sebagai HD adalah atrofi dentatorubral-pallidoluysian dan neuroferritinopati.[10,26]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit Huntington’s adalah pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan diagnostik meliputi computed tomography (CT) scan kepala, MRI otak dan pemeriksaan prenatal.
Radiologi
Pencitraan medis seperti computed tomography (CT) scan kepala dan magnetic resonance imaging (MRI) otak dapat mendukung diagnosis dengan menilai adanya perubahan makroskopik. Pemeriksaan CT scan kepala dan MRI otak dapat menunjukkan adanya atrofi inti kaudatus pada awal penyakit.
Atrofi serebral dapat dilihat pada stadium lanjut penyakit. Teknik pencitraan saraf fungsional, seperti pencitraan functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan positron emission tomography (PET) scan, dapat menunjukkan perubahan aktivitas otak sebelum timbulnya gejala fisik, tetapi pencitraan ini digunakan sebagai alat eksperimental, dan tidak digunakan secara klinis.[27,28]
Pemeriksaan Prenatal
Diagnosis prenatal untuk embrio atau janin di dalam rahim dilakukan menggunakan materi genetik janin yang diperoleh melalui pengambilan sampel vilus korionik. Amniosentesis dapat dilakukan jika kehamilan berusia 14–18 minggu. Prosedur ini memungkinkan pemeriksaan cairan ketuban di sekitar bayi untuk mencari indikator mutasi.[27,28]
Tes prenatal dapat diindikasikan pada:
- Orang tua yang telah didiagnosis dengan penyakit Huntington’s, atau
- Ketika orang tua telah menjalani tes genetik yang menunjukkan perluasan gen huntingtin, atau
- Ketika orang tua memiliki kemungkinan 50% untuk mewarisi penyakit tersebut[28,29]
Orang tua dapat diberi konseling tentang pilihan, yang mencakup penghentian kehamilan, dan tentang kesulitan anak dengan gen yang diidentifikasi. Selain itu, pada kehamilan berisiko karena pasangan pria yang terkena, diagnosis prenatal non-invasif dapat dilakukan dengan menganalisis DNA janin dalam sampel darah yang diambil dari ibu (melalui pungsi vena) saat usia kehamilan 6–12 minggu. Tidak ada risiko keguguran terkait prosedur ini.[28,29]
Direvisi oleh: Felicia Sutarli