Pendahuluan Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindrom terowongan karpal adalah penyakit yang ditandai dengan kondisi entrapment neuropathy akibat kompresi nervus medianus pada saat melewati terowongan karpal pergelangan tangan. Carpal tunnel syndrome adalah neuropati yang paling umum dijumpai, diperkirakan 90% dari total kasus neuropati yang ada adalah CTS.[1]
Gejala awal CTS yang timbul berkaitan dengan penekanan nervus medianus berupa nyeri, mati rasa, dan parestesia yang dirasakan di sekitar jempol, telunjuk dan jari tengah serta sebagian sisi radial jari manis. Nyeri juga dapat teradiasi pada lengan bawah. Keluhan ini umumnya hanya dirasakan malam hari saat berbaring dan akan membaik saat siang hari.[1,2]
Seiring progresivitas penyakit, keluhan nyeri akan mulai dirasakan pada siang hari, bahkan dapat dirasakan terus-menerus pada kasus berat. Pasien juga mulai akan mengalami gejala berupa kelemahan pada tangan, berkurangnya koordinasi motorik halus pada tangan, merasakan kecanggungan pada tangan dan atrofi tenar. Gejala terutama akan memberat saat pasien melakukan gerakan tangan repetitif (contohnya menggambar dan mengetik).[1]
Pemeriksaan elektrodiagnostik berupa pemeriksaan konduksi saraf dan elektromiografi adalah pemeriksaan penunjang yang sangat membantu dalam menegakan diagnosis CTS selain hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Pemeriksaan ini juga dapat menilai derajat keparahan penyakit secara kuantitatif. Namun hingga saat ini, belum ada pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosa CTS secara pasti.[1,3]
Penatalaksanaan awal CTS dengan derajat ringan-sedang adalah dengan penatalaksanaan nonbedah, dengan metode konservatif (pemakaian bidai dimalam hari) serta memberikan terapi medikamentosa peroral dan memberikan injeksi kortikosteroid kedalam terowongan carpal. Pasien dengan derajat penyakit sedang sampai berat dipertimbangkan untuk tatalaksana bedah dengan pendekatan bedah terbuka (open release) maupun endoskopi (endoscopic release).[1]
Modifikasi gaya hidup dengan berolahraga dan mengurangi aktivitas repetitif pada pergelangan tangan dapat dianjurkan pada pasien untuk mengurangi gejala CTS. Terapi konservatif dapat memperbaiki gejala dalam jangka waktu pendek namun kurang efektif untuk jangka waktu panjang. Prognosis CTS sendiri bergantung pada penyakit yang mendasarinya serta derajat beratnya penyakit.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma