Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome
Patofisiologi carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal terdiri tiga tahap, yaitu stadium awal, stadium menengah, dan stadium akhir. Gejala dan tanda yang muncul pada CTS berbeda pada setiap stadium sesuai dengan patofisiologi penyakit.
Stadium Awal
Ditandai dengan gejala intermiten yang hanya terasa di malam hari. Pada CTS idiopatik, banyak faktor yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakanal nokturnal antara lain:
- Redistribusi cairan ekstremitas atas ketika posisi supinasi
- Kurangnya mekanisme pompa otot yang mungkin berkontribusi pada drainase cairan interstitial terowongan karpal
- Kecenderungan pergelangan tangan pada posisi fleksi, yang akhirnya meningkatkan tekanan intrakanal
- Peningkatan tekanan arterial selama setengah malam terakhir[4,5]
Jika tekanan meningkat melebihi 40-50 mmHg, aliran balik vena pada mikrosirkulasi intraneural akan terganggu dan menyebabkan stasis vena serta hipoksia intraneural yang berujung edema saraf. Setelah peningkatan tekanan lebih dari 30 mmHg selama lebih dari 2 jam terjadi kelemahan progresif transfer aksonal. Hal ini dapat dikoreksi dengan reposisi pergelangan tangan dan pergerakan jari-jari untuk drainase edema, sehingga gejala mereda.[2,4,5]
Tekanan didalam terowongan carpal sendiri yang dinilai normal adalah diantara 2.5 hingga 13 mmHg. Peningkatan tekanan hingga diatas 20-30 mmHg akan mulai menampakkan gejala CTS.[6]
Stadium Menengah
Gejala terjadi baik pada malam hari dan siang hari. Abnormalitas mikrosirkulasi terjadi konstan dengan edema interstitial epineural dan intrafasikuler, yang menyebabkan peningkatan tekanan cairan endoneural. Edema epineural menyebabkan kerusakan mielin dan nodus Ranvier yang berpengaruh terhadap konduksi saraf.[2,4,5]
Setelah kompresi teratasi, perbaikan gejala dapat terjadi secara cepat karena kembalinya mikrosirkulasi intraneural, namun perbaikan selubung mielin membutuhkan waktu beberapa minggu hingga bulan sehingga gejala dapat terjadi intermiten dan kelainan elektrofisiologi persisten.[4,5]
Stadium Akhir
Gejala timbul secara konstan terutama defisit motorik dan sensorik akibat gangguan akson yang lebih besar. Selubung jaringan penunjang menjadi fibrosis dan menebal. Setelah serabut saraf dibebaskan, perbaikan bergantung kepada regenerasi serabut saraf, usia, adanya polineuropati atau tidak, dan keparahan kompresi yang bisa terjadi beberapa bulan bahkan tahun.[2,4,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma