Patofisiologi Tetanus
Patofisiologi tetanus dimulai dengan masuknya spora bakteri Clostridium Tetani melalui luka sebagai port d’entree. Luka tusuk, jaringan nekrotik dan luka yang terinfeksi merupakan luka yang lebih berisiko menimbulkan tetanus.
Pada luka-luka tersebut tercipta kondisi anaerob yang kemudian menjadi lingkungan optimal bagi proses germinasi (spora berubah menjadi bentuk vegetatif) dan multiplikasi bakteri Clostridium Tetani.
Pada proses tersebut bakteri Clostridium Tetani akan memproduksi 2 jenis toksin, yakni tetanospasmin dan tetanolisin. Clostridium Tetani juga merupakan bakteri yang menyebabkan terjadinya tetanus neonatorum.[4,5]
Peran Tetanospasmin dalam Patofisiologi Tetanus
Tetanospasmin merupakan toksin yang menimbulkan gejala klinis pada pasien tetanus. Tetanospasmin merupakan polipeptida yang terdiri dari rantai berat dan rantai ringan.
Rantai berat akan memfasilitasi masuknya toksin ke dalam sel saraf, sedangkan rantai ringan akan bekerja pada presinaps. Tetanospasmin akan berikatan dan melalui proses internalisasi dengan ujung saraf motor perifer kemudian akan memasuki akson dan ditranspor secara retrograd ke inti sel saraf di dalam batang otak dan medula spinalis.
Waktu yang diperlukan bagi toksin dari lokasi luka hingga ke medula spinalis adalah antara 2-14 hari. Toksin tetanospasmin kemudian diteruskan ke ujung presinaps sel saraf.
Di sana toksin tersebut akan mencegah pelepasan neurotransmiter yang bersifat inhibisi sentral, yakni glisin dan gamma-aminobutyric acid (GABA), sehingga mengganggu kerja lower motor neuron.
Hal ini mengakibatkan peningkatan firing rate motor neuron α sehingga timbul gejala rigiditas otot. Hilangnya mekanisme inhibisi sentral juga menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali atau spasme saat tubuh pasien diberikan rangsangan normal seperti cahaya atau suara.
Saat tetanospasmin sudah internalisasi pada sel saraf, kerusakan yang ditimbulkan bersifat ireversibel dan tidak dapat dinetralkan oleh antitoksin. Pada tetanus lokal, toksin tetanospasmin hanya mempengaruhi sel saraf yang mempersarafi otot-otot tertentu.
Sedangkan, pada tetanus generalisata toksin yang diproduksi bakteri akan menyebar melalui sistem limfatik dan pembuluh darah dan ditangkap oleh ujung-ujung sel saraf di seluruh tubuh.[5-7]
Peran Tetanolisin dalam Patofisiologi Tetanus
Tetanolisin adalah toksin lain yang diproduksi oleh bakteri Clostridium Tetani. Tetanolisin adalah hemolisin yang sensitif terhadap oksigen. Tetanolisin merusak jaringan yang masih hidup pada luka dan menciptakan lokasi yang optimal untuk proses multiplikasi bakteri.[6,7]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri