Pendahuluan Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan uterus abnormal adalah perdarahan yang berasal dari korpus uteri yang terjadi secara abnormal pada wanita tidak hamil. Abnormalitas perdarahan dapat terjadi terkait dengan durasi, frekuensi, volume, dan atau keteraturan siklus. Perdarahan uterus abnormal banyak terjadi pada wanita usia produktif, remaja, dan wanita premenopausal.
Perdarahan uterus abnormal dapat disebabkan oleh patologi struktural rahim seperti fibroid, polip endometrium, adenomiosis, neoplasia atau penyebab nonuteri seperti disfungsi ovulasi, gangguan hemostasis, dan obat-obatan.. Perdarahan menstruasi yang banyak (heavy menstrual bleeding) merupakan presentasi klinis perdarahan uterus abnormal yang paling banyak ditemukan.
Perdarahan uterus abnormal biasanya berhubungan dengan siklus menstruasi anovulasi, tetapi juga dapat muncul pada pasien dengan oligo-ovulasi. Perdarahan uterus abnormal dianggap sebagai diagnosis eksklusi, karena terjadi tanpa adanya patologi pelvis yang dapat dikenali, penyakit medis secara general, maupun kehamilan.[1-5]
Berdasarkan The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), etiologi dari perdarahan uterus abnormal diklasifikasikan menjadi 9 kategori dan dideskripsikan menggunakan akronim PALM-COEIN. Kategori tersebut adalah polyp; adenomyosis; leiomyoma; malignancy and hyperplasia; coagulopathy; ovulatory dysfunction; endometrial; iatrogenic; dan not “yet” classified.[1,5,6]
Manifestasi klinis utama pada perdarahan uterus abnormal berupa jumlah perdarahan dari uterus yang banyak atau sedikit, dan siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Dalam menegakkan diagnosis, klinisi perlu melakukan anamnesis lengkap mengenai riwayat menstruasi pada pasien serta tinjauan sistem yang relevan termasuk gejala konstitusional, gejala yang berkaitan dengan endokrinopati, serta gangguan hematologi.[2,7-9]
Pada pemeriksaan fisik umum, deteksi adanya pucat atau pembesaran kelenjar tiroid. Jika ditemukan fitur klinis yang mengindikasikan disfungsi tiroid atau koagulopati dari riwayat atau pemeriksaan fisik, maka pertimbangkan perlunya melakukan pemeriksaan fungsi tiroid atau skrining koagulopati. Manifestasi yang sugestif koagulopati mencakup perdarahan menstruasi berat sejak menarche, riwayat keluarga koagulopati, mudah memar, perdarahan gusi, dan epistaksis. Meski begitu, pemeriksaan fungsi tiroid atau skrining koagulopati tidak dianjurkan secara rutin pada semua pasien dengan perdarahan uterus abnormal.
Pemeriksaan spekulum atau bimanual dapat membantu mengidentifikasi penyebab perdarahan uterus abnormal, seperti polip serviks, kanker serviks, fibroid uterus, adenomiosis, atau tumor ovarium. Pemeriksaan penunjang laboratorium yang mungkin diperlukan mencakup pemeriksaan beta-human chorionic gonadotropin (beta-hCG) dan hitung darah lengkap. Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan sesuai indikasi adalah USG, MRI, biopsi endometrium, ataupun histeroskopi.[3,6,7]
Penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal bertujuan untuk stabilisasi hemodinamik, koreksi anemia jika ada, dan pemeliharaan siklus normal. Pilihan pengobatan termasuk suplementasi zat besi, kontrasepsi oral kombinasi (COC), progesteron, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), antifibrinolitik, desmopresin, dan analog GnRH. Jika penyebab yang mendasari diidentifikasi, maka pengobatan spesifik berdasarkan penyebabnya diberikan sebagai tambahan.[3,6-8]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani