Prognosis Endometriosis
Prognosis dari endometriosis berkaitan dengan kekambuhannya. Banyaknya lokasi lesi dapat meningkatkan risiko kekambuhan endometriosis. Komplikasi endometriosis yang paling umum terjadi adalah infertilitas.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada endometriosis adalah infertilitas, pembentukan kista ‘coklat’ atau endometrioma, dan kecenderungan untuk mendapatkan kanker ovarium di masa depan.
Infertilitas
Penyebab infertilitas pada wanita dengan endometriosis dapat terjadi karena distorsi anatomi yang disebabkan oleh adhesi dan fibrosis. Endometriosis memicu kelainan endokrin dan gangguan imunologis yang dapat merusak uterus sehingga kehamilan menjadi suatu hal yang sulit.[1-3,5] Suatu studi kohort pada wanita usia produktif menjelaskan bahwa infertilitas akan meningkat dua kali lipat pada wanita berusia lebih dari 35 tahun dengan endometriosis dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki endometriosis.[5,8]
Pasien dengan endometriosis stadium I dan II memiliki kesempatan sekitar 50% untuk dapat hamil tanpa perawatan, sedangkan pada stadium III, pasien hanya memiliki kesempatan sebesar 25% untuk hamil secara spontan. Kehamilan jarang terjadi pada stadium IV.[5]
Endometrioma
Endometrioma adalah kista di dalam ovarium yang mengandung cairan berwarna cokelat. Kista yang terbentuk karena lesi endometriosis dapat memasuki ovarium dan mengalami peluruhan saat menstruasi. Kista endometriosis ini dapat dilihat pada laparoskopi.
Endometrioma dapat juga terbentuk oleh karena adanya adhesi dari ovarium pada dinding pelvis sehingga terbentuknya invaginating cyst yang bersifat memeluk, sehingga peluruhan terbendung dan membentuk kista. Hipotesis lain menyatakan bahwa lapisan mesotelium peritoneum dari ovarium dapat berdiferensiasi menjadi epitel endometrioid dan kemudian membentuk kista, invaginasi ini serupa dengan metaplasia.[4,6]
Proses pembentukan endometrioma ini terkait dengan ovulasi. Oleh sebab itu, pencegahan ovulasi dengan kontrasepsi oral mengurangi risiko terbentuknya endometrioma. Rata-rata ketebalan dinding kista adalah 1.2–1.6 mm. Jaringan endometriosis meliputi setidaknya 60% dari permukaan bagian dalam kista dengan kedalaman 1,5 mm. Maka dengan itu, terapi ablasi lebih disarankan daripada eksisi.[4,14,17]
Kanker Ovarium
Adanya hubungan antara endometriosis dan kanker telah menjadi suatu teori yang diteliti sekitar sembilan dekade. Hubungan ini didasarkan pada studi kasus kontrol dan penelitian kohort yang melaporkan adanya potensial perubahan lesi endometriosis yang dapat menimbulkan kanker. Secara keseluruhan pada populasi umum, risiko pasien mengidap kanker ovarium adalah sekitar 1,4% dengan rerata usia sekitar 60 tahun. Namun, pasien dengan endometriosis memiliki 10% risiko yang lebih tinggi untuk mengidap kanker ovarium.[4,8,14,15]
Selain itu, risiko kanker ovarium juga meningkat pada wanita dengan status gravida yang lebih rendah dan pada wanita yang menderita infertilitas. Infertilitas yang terkait dengan kedua kondisi ini membuktikan hubungan antara endometriosis dan kanker ovarium. Inflamasi juga dapat mengakibatkan transformasi kanker endometriosis ovarium dengan cara menginduksi abnormalitas pada gen. Keadaan yang lebih tidak menguntungkan terjadi pada wanita yang lebih muda dengan endometriosis, karena periode lebih panjang menciptakan peluang untuk pertumbuhan kanker.[2,3,4,8]
Walaupun risikonya rendah, sampai saat ini belum ada pencegahan yang direkomendasikan. Terapi hormon untuk wanita menopause yang baru menjalani bedah dan memiliki gejala harus menerima terapi untuk mencegah keganasan dan kekambuhan endometriosis.[4]
Prognosis
Prognosis endometriosis dipengaruhi oleh reaksi tubuh dari pasien dengan endometriosis. Terdapat studi yang melaporkan adanya pasien yang sembuh dengan sendirinya walaupun tidak menjalankan perawatan secara aktif. Sebanyak 50% pasien dengan gejala endometriosis kembali setelah 5 tahun.[4,5,18]
Beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan untuk kambuhnya endometriosis, seperti usia saat diagnosis ditegakkan, ada tidaknya dismenorea dan gejala gastrointestinal, kadar serum CA 125 (cancer antigen 125) sebelum operasi, atau tahap r-AFS (revised American Fertility Society) dan banyaknya lokasi lesi. Data faktor risiko tersebut ditemukan tidak signifikan kecuali banyaknya lokasi lesi. Banyaknya lokasi lesi dapat meningkatkan risiko kekambuhan. Terapi medis jangka panjang juga telah dilaporkan dapat mengurangi tingkat keparahan berulang dismenorea terkait endometriosis.[24,35]
Studi yang dilakukan oleh Yang et al menemukan bahwa pasien yang tidak melanjutkan terapi medis setelah pembedahan memiliki tingkat kekambuhan sebanyak 60%.[24,35]
Faktor Risiko Kekambuhan
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kekambuhan endometriosis adalah usia saat diagnosis, gejala dismenorea, gejala gastrointestinal, kadar serum CA 125 (Cancer Antigen 125) sebelum operasi, dan banyaknya lokasi lesi.[24,35]