Pendahuluan Kista Dan Abses Kelenjar Bartholin
Kista Bartholin adalah penyumbatan saluran lubrikasi pada vulva sehingga cairan lubrikasi tidak keluar. Penyumbatan ini mengakibatkan pembesaran berisi cairan dan memiliki struktur seperti kantong yang bengkak. Sedangkan abses Bartholin adalah penumpukan pus pada kelenjar Bartholin membentuk benjolan.[1,2]
Kelenjar Bartholin merupakan kelenjar vestibular terbesar yang mirip dengan kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar mulai berfungsi pada saat pubertas dan berfungsi untuk mensekresi cairan lubrikasi ke dalam saluran yang bagian dalamnya tersusun oleh sel kolumner, sedangkan bagian luarnya tersusun oleh sel epitel transisional. Kelenjar Bartholin terletak bilateral pada dasar labia minora, masing-masing berukuran sekitar 0,5 cm dan mensekresikan mukus ke dalam duktus yang memiliki panjang 2-2,5 cm. Dalam keadaan normal kelenjar ini tidak teraba. Kelenjar Bartholin dapat tersumbat diakibatkan oleh infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang.[1,3,4]
Kista dan abses kelenjar Bartholin masih sering terjadi, kebanyakan pada usia 20-30 tahun. Kista Bartholin memiliki ukuran yang kecil sekitar 2 hingga 4 cm, unilateral dan asimtomatik. Kista yang lebih besar dapat menimbulkan ketidaknyamanan terutama saat berhubungan seksual atau saat beraktivitas sehari-hari. Kista umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri, namun sering disertai dengan infeksi sehingga cairan dalam kista berubah menjadi nanah, atau disebut abses Bartholin. Selama kista ini tidak terinfeksi oleh virus, bakteri atau jamur, kista ini tidak menimbulkan keluhan, pasien hanya akan ada merasakan benjolan di labia vagina.[1,3,4]
Pada abses Bartholin, biasanya pasien mengalami nyeri vulva yang akut dan bersifat progresif. Kondisi ini disebabkan oleh bakteri, seperti Escherichia coli atau bakteri penyakit menular seksual (Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae). Diagnosis kista dan abses Bartholin ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik. Manajemen kista dan abses Bartholin dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain medikamentosa, insisi dan drainase, pemasangan kateter Word, marsupialisasi, ablasi silver nitrate, terapi laser, dan eksisi.[3,5-9]