Pendahuluan Leiomyoma
Leiomyoma adalah tumor jinak yang berasal dari otot polos. Tumor ini paling sering ditemukan di uterus dan dikenal juga sebagai leiomyoma atau mioma uteri. Leiomyoma uteri juga merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada organ reproduksi wanita (70%). Pasien umumnya datang dengan keluhan perdarahan uterus abnormal atau berdasarkan temuan insidental saat melakukan USG kehamilan.[1-3]
Leiomyoma dapat terjadi dimanapun otot polos berada, tetapi umumnya tidak berkembang menjadi keganasan. Selain leiomyoma uteri, jenis-jenis leiomyoma yang dapat terjadi adalah leiomyoma kutaneus, angioleiomyoma, gastrointestinal smooth muscle tumor seperti leiomyoma esofagus, Epstein Barr Virus associated smooth muscle tumor, dan leiomyoma ginjal.
Etiologi leiomyoma masih belum diketahui secara pasti dan memerlukan penelitian lanjutan. Namun, beberapa penelitian membuktikan bahwa leiomyoma berhubungan dengan mutasi genetik. Berbagai studi mengonfirmasi mutasi pada gen mediator kompleks subunit 12 (MED12) yang terjadi pada sekitar 70% kasus leiomyoma uteri atau mioma uteri.[2,5]
Diagnosis leiomyoma ditegakkan berdasarkan kriteria histologis hasil biopsi dengan tidak adanya aktivitas mitosis, atipia nuklir dan nekrosis koagulatif tumor. Pemeriksaan patologi leiomyoma diperlukan untuk secara akurat menegakkan diagnosis tumor jinak atau ganas. Setiap tumor yang dicurigai leiomyoma harus dievaluasi secara menyeluruh untuk menyingkirkan diagnosis leiomyosarcoma.[1,2]
Penatalaksanaan leiomyoma dibedakan antara kasus asimtomatik dan kasus simtomatik. Kasus asimtomatik dapat ditangani dengan observasi saja sedangkan kasus simtomatik memerlukan pengangkatan lesi. Intervensi farmakologis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh lesi.[5]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja