Penatalaksanaan Penyakit Radang Panggul (PID)
Penatalaksanaan PID/ pelvic inflammatory disease adalah pemberian antibiotik spektrum luas. Dalam sebagian besar kasus, agen mikroba spesifik penyebab PID tidak jelas. Oleh karena itu, PID harus diperlakukan sebagai infeksi polimikroba, fakultatif dan anaerobik. Penundaan pemberian terapi dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.[2,4-6]
Pengobatan harus dimulai pada pasien dengan ambang kecurigaan yang rendah untuk PID. Jika diagnosis klinis dugaan PID dibuat, bahkan jika temuannya tidak jelas atau minimal, pengobatan harus dimulai. Jika tidak, risiko komplikasi jangka panjang lebih tinggi apabila pengobatan ditunda.[22-25]
Medikamentosa
Tata laksana utama pada PID adalah antibiotik spektrum luas, dengan regimen A dan regimen B. CDC membagi regimen menjadi pilihan terapi pada pasien rawat jalan dan rawat inap.[4,11]
Regimen Antibiotik pada Pasien Rawat Jalan
Antibiotik pada pasien rawat jalan dapat dibagi menjadi regimen A dan B.
Antibiotik Regimen A:
Pada pasien rawat jalan, regimen A terdiri dari ceftriaxone, doxycycline, dan metronidazole.
- Ceftriaxone 250 mg (IM) diberikan dosis tunggal, ditambah
- Doxycycline 100 mg (PO) diberikan 2 kali sehari, selama 14 hari
- Metronidazole 500 mg (PO) diberikan 2 kali sehari, selama 14 hari dapat diberikan apabila ada kecurigaan vaginitis, infeksi trikomonas dan tindakan vaginal instrumentation dalam waktu 2-3 minggu terakhir
Antibiotik Regimen B:
Regimen B terdiri dari cefoxitin, probenecid, sefalosporin generasi ke-3, dan metronidazole. Metronidazole diberikan apabila ada kecurigaan vaginitis atau trikomoniasis.
- Cefoxitin 2 g (IM) dosis tunggal diberikan bersamaan dengan
- Probenecid 1 g (PO) dosis tunggal atau
- Sefalosporin generasi ke-3, seperti ceftizoxime atau cefotaxime
- Metronidazole 500 mg (PO) diberikan 2 kali sehari, selama 14 hari dapat diberikan apabila ada kecurigaan vaginitis, infeksi trikomonas dan tindakan vaginal instrumentation dalam waktu 2-3 minggu terakhir[4,11]
Regimen Antibiotik pada Pasien Rawat Inap:
Indikasi rawat inap pada pasien PID yakni adanya kehamilan, nyeri perut hebat, kegagalan terapi oral atau pasien tidak dapat mentoleransi terapi oral, serta pasien dengan kondisi imunodefisiensi misalnya HIV. Pasien juga perlu dirawat inap jika mengalami mual dan muntah hebat, atau terdapat kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan pembedahan segera.[4-6]
Antibiotik Regimen A:
Pada pasien rawat inap, regimen A terdiri dari cefoxitin, cefotetan, dan doxycycline.
- Ceftriaxone 1 g IV setiap 24 jam atau
- Cefoxitin 2 g (IV) setiap 6 jam atau
- Cefotetan 2 g (IV) setiap 12 jam, ditambah
- Doxycycline 100 mg (PO atau IV) diberikan setiap 12 jam
- Regimen A diberikan dalam 24 jam, apabila ada perbaikan klinis pasien, selanjutnya diberikan doxycycline 100 mg (PO) 2 kali sehari selama 14 hari[4,11]
Antibiotik Regimen B:
Regimen B terdiri dari clindamycin dan gentamicin.
- Clindamycin 900 mg (IV) diberikan setiap 8 jam, ditambah
- Gentamicin 2 mg/kgBB (IV) loading dose, dilanjutkan dengan dosis rumatan 1,5 mg/kgBB (IV) diberikan setiap 8 jam
- Terapi parenteral dapat dihentikan apabila terdapat perbaikan klinis, dan dilanjutkan dengan pemberian doxycycline 100 mg (PO) 2 kali sehari selama 14 hari[4,11]
Antibiotik Regimen Alternatif:
Regimen alternatif adalah ampicillin sulbactam 3 g (IV) setiap 6 jam diberikan bersamaan dengan doxycycline 100 mg (PO atau IV) diberikan setiap 12 jam.
Pilihan lain adalah azithromycin 500 mg intravena selama 1-2 hari, diikuti dengan 250 mg per oral hingga pemberian total 7 hari; ditambah metronidazole 500 mg 2 kali sehari selama 14 hari.[4,11]
Catatan Khusus:
Obat parenteral dapat dialihkan ke oral apabila ada perbaikan klinis berkelanjutan dalam 24-48 jam. Terapi yang dapat digunakan adalah doxycycline 100 mg dua kali sehari ditambah metronidazole 500 mg dua kali sehari hingga durasi penggunaan antibiotik 14 hari.[4,11]
Pembedahan
Pada kebanyakan kasus, pemberian antibiotik dapat memberikan luaran klinis yang adekuat. Pada kasus dimana pemberian antibiotik tidak memberikan perbaikan klinis atau terdapat komplikasi atau kondisi PID yang berat, maka diperlukan tindakan pembedahan.
Kehamilan Ektopik
Terapi pembedahan dilakukan pada pasien dengan kondisi kehamilan ektopik. Pembedahan dapat dilakukan secara laparoskopi, yakni dilakukan tindakan salpingektomi.
Abses Tuboovarium
Pada kondisi abses tuboovarium yang tidak membaik setelah pemberian terapi antibiotik dalam kurun waktu 48-72 jam, dapat dilakukan tindakan drainase melalui laparoskopi atau laparotomi.[15]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani