Prognosis Penyakit Radang Panggul (PID)
Prognosis PID/ pelvic inflammatory disease atau penyakit radang panggul tergantung dari seberapa cepat pasien terdiagnosis dan mendapat pengobatan. Pada kebanyakan kasus, pasien berespon adekuat dengan terapi antibiotik. Tetapi, apabila pengobatan PID terlambat atau telah terjadi komplikasi, seperti abses tuboovarium, maka prognosis tentunya menjadi lebih buruk.[4]
Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari PID yang paling sering yakni meliputi nyeri panggul kronik, infertilitas, dan kehamilan ektopik. Dalam sebuah studi yang melibatkan perempuan usia 20-24 tahun dengan PID, dilaporkan bahwa 18% mengalami nyeri kronik, 16,8% mengalami infertilitas, dan 8,5% mengalami kehamilan ektopik.
Selain itu, komplikasi dari PID juga dapat berupa abses tuboovarium. Abses tuboovarium dapat menyebabkan terjadinya peritonitis area pelvis hingga sindrom Fitz-Hugh-Curtis yang menyebabkan peradangan pada area perihepar.[16-18]
Terdapat beberapa laporan yang mengatakan bahwa wanita dengan riwayat PID lebih berisiko mengalami stroke, kanker ovarium, hingga infark miokard terutama pada wanita usia >55 tahun.[2,4]
Infertilitas dan Kehamilan Ektopik
Infertilitas disebabkan oleh adhesi dan jaringan parut pada lumen tuba akibat infeksi dan inflamasi. Selain infertilitas, rusaknya lumen pada tuba juga menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Risiko terjadinya kehamilan ektopik telah dilaporkan meningkat 15-50% pada wanita dengan riwayat PID.
Prognosis
Prognosis dari PID tergantung dari seberapa cepat pasien terdiagnosis, mencari pengobatan dan mencegah agar kondisi PID tidak terulang pada masa mendatang. Apabila pengobatan PID terlambat atau apabila PID berulang-ulang terjadi, maka komplikasi yang ditimbulkan semakin berat, kerusakan organ reproduksi juga semakin berat, dan prognosis juga semakin buruk. Organ reproduksi yang telah rusak kemungkinan besar tidak dapat kembali normal.
Pasien yang diterapi dalam 3 hari dari onset gejala dan yang mampu menyelesaikan terapi hingga tuntas memiliki prognosis yang baik untuk sembuh secara total. Angka kesembuhan pada pasien PID setelah penggunaan antibiotik adalah 88%-100%.[4]
Risiko oklusi tuba dan infertilitas tergantung tingkat keparahan infeksi sebelum pengobatan. Perbaikan klinis tidak dapat diartikan sebagai perbaikan infertilitas. Pasien dengan kondisi penyerta seperti infeksi HIV, kehamilan, riwayat PID sebelumnya, dan abses tuboovarium membutuhkan observasi yang lebih ketat dan biasanya membutuhkan rawat inap.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan pasien rawat inap membutuhkan waktu yang lama untuk diterapi (rawat inap >7 hari) dan atau membutuhkan terapi bedah antara lain usia lanjut, riwayat tindakan bedah ginekologi sebelumnya, lesi kistik apapun yang teridentifikasi dengan pemeriksaan USG, dan kadar protein reaktif-C yang tinggi.[19,20]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelsi Khairani