Pendahuluan Ruptur Perineum
Ruptur perineum adalah robeknya kulit, jaringan lunak, atau otot pada area di antara introitus vagina dan anus. Ruptur perineum merupakan salah satu trauma yang sering dialami oleh wanita selama persalinan pervaginam. Kondisi ini bisa terjadi pada wanita primipara maupun multipara.[1-5]
Ruptur perineum bisa terjadi secara spontan maupun iatrogenik, yaitu karena episiotomi dan persalinan dengan bantuan instrumen. Ruptur perineum berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi dua, yakni ruptur perineum anterior dan posterior. Umumnya, pada persalinan, ruptur yang sering terjadi adalah ruptur perineum posterior, yaitu robekan pada dinding posterior vagina ke arah anus.[1-5]
Ruptur perineum juga dibedakan berdasarkan derajat keparahannya, yakni derajat 1 yang hanya mengenai mukosa vagina dan kulit perineum, hingga derajat 4 yang berupa robekan meluas hingga epitel anus.[1,5]
Ruptur perineum dapat didiagnosis secara langsung melalui pemeriksaan fisik untuk melihat adanya laserasi. Selain itu, pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan untuk memastikan apakah ada ruptur hingga ke sfingter ani. Pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi dapat digunakan juga untuk membantu diagnosis ruptur perineum.[1,5]
Penatalaksanaan ruptur perineum dilakukan dengan penjahitan robekan serta dengan terapi medikamentosa, misalnya antibiotik, analgesik, dan laksatif. Selain itu, terapi nonmedikamentosa bisa berupa edukasi pasien tentang posisi, gerakan, latihan pelvic floor, serta perawatan luka.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra