Epidemiologi Torsio dan Ruptur Kista Ovarium
Menurut data epidemiologi, torsio kista ovarium merupakan kasus penyebab bedah darurat di bidang ginekologi yang terbanyak kelima. Sementara itu, ruptur kista ovarium umumnya bersifat asimtomatik, sehingga prevalensinya sulit diketahui.[1,6]
Global
Prevalensi torsio kista ovarium pada pasien yang telah menjalani bedah karena massa adneksa dilaporkan bervariasi, yakni sekitar 2−15%. Pada wanita hamil, prevalensi torsio ovarium adalah sekitar 10−22%. Studi lain menyebutkan bahwa torsio ovarium secara keseluruhan merupakan penyebab terbanyak kelima untuk bedah darurat di bidang ginekologi, dengan angka kejadian 2,7%. Namun, insiden torsio pada kasus keganasan ovarium dilaporkan <2%.[1,3,4]
Prevalensi ruptur kista ovarium masih belum diketahui. Hal ini terjadi karena ruptur kista ovarium merupakan hal yang fisiologis dan sering asimtomatik. Ruptur kista ovarium lebih sering terjadi pada usia reproduktif, yakni usia 18−35 tahun. Ruptur kista ovarium yang simtomatik dapat menjadi salah satu penyebab operasi darurat karena adanya hemoperitoneum nontrauma. Menurut suatu studi, dari 171 kasus hemoperitoneum nontrauma, 58% penyebabnya adalah ruptur kista ovarium.[2,7]
Indonesia
Data prevalensi torsio dan ruptur kista ovarium di Indonesia belum tersedia. Demikian juga data prevalensi kejadian kista ovarium di Indonesia.
Mortalitas
Kondisi akut akibat komplikasi torsio dan ruptur kista ovarium seperti infeksi yang menyebabkan peritonitis akut atau kegagalan sirkulasi lain memiliki risiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Namun, belum ada data akurat mengenai mortalitas torsio dan ruptur kista ovarium.[1,6]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur