Prognosis Cedera Mata
Faktor prediktor yang menentukan prognosis pada cedera mata atau trauma mata dipengaruhi oleh jenis trauma, penurunan ketajaman visus, adanya relative afferent pupillary defect, laserasi palpebra, kerusakan lensa, perdarahan vitreous dan adanya benda asing intraokular. Trauma tembus pada mata merupakan trauma yang serius dan mengancam penglihatan.[9]
Komplikasi
Komplikasi pada cedera mata antara lain adalah, glaucoma, kerusakan kornea, dry eye syndrome dan beberapa kasus dapat menimbulkan kebutaan. Glaukoma sudut tertutup dapat terjadi akibat fibrosis pada anyaman trabekular dan debris inflamasi yang terjebak didalamnya.[18]
Inflamasi konjungtiva dan rusaknya sel goblet dapat membentuk jaringan parut kornea dan kontraktur forniks. Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik, sehingga dapat dengan cepat mempenetrasi membran sel, menghancurkan jaringan kolagen kornea, sampai ke kamera okuli anterior, bahkan sampai retina.[18]
Cedera mata menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi port d'entrée infeksi, sehingga komplikasi infeksi dari keratitis sampai skleritis dan endoftalmitis dapat terjadi di kemudian hari.[30]
Prognosis
Prognosis cedera mata tergantung dari jenis dan derajat lukanya, dimana pada luka bakar kimia prognosisnya ditentukan berdasarkan luas permukaan jaringan bola mata yang rusak, sifat dan konsentrasi larutan kimia, serta derajat penetrasi intaokular. Maka dari itu, untuk prognosis derajat luka bakar akan lebih mudah diperkirakan dengan klasifikasi Roper-Hall.[5,43]
Prognosis cedera mata kimia menurut klasifikasi Roper-Hall menyatakan bahwa, untuk derajat I dan II, karena kornea yang cedera masih cukup sampai identifikasi bentuk detail iris dan iskemia limbal kurang dari ⅓ atau tidak ada sama sekali, maka prognosis untuk penglihatannya dikatakan masih baik.[43]
Sebaliknya, pada derajat IV dimana kornea sudah sangat opak sampai iris tidak dapat diidentifikasi lagi dan didapatkan iskemia limbal yang cukup luas (lebih dari ½), maka prognosis untuk penglihatannya dapat dikatakan buruk.[43]
Bentuk paling berat pada trauma kimia adalah gambaran cooked fish eye memiliki prognosis yang paling buruk karena menyebabkan kebutaan. Pada cooked fish eye, kornea sudah sangat opak seperti kapur dan vaskularisasi ke limbus sudah tidak ada lagi.[7]
Bentuk cedera mata mekanik yang paling vision threatening adalah sindrom kompartemen orbita, cedera mata terbuka, dan hifema traumatik.[38]
Pada pasien dengan sindrom kompartemen orbita, seperti hematoma retrobulbar, prognosisnya sangat dipengaruhi oleh waktu dilakukan tatalaksana dan dekompresi orbita. Pada mereka yang mendapat terapi dalam 2 jam dari onset, ketajaman visus bisa membaik lebih dari 6/12, walaupun 15% perburukan. Apabila tatalaksana dilakukan setelah 2 jam, ketajaman visus bisa menjadi sama dengan 6/12 atau lebih, tapi 50% perburukan.[45,47]
Pada kasus cedera mata terbuka (open globe injury), faktor prognosis yang kemungkinan akan menyebabkan outcome penglihatan yang buruk antara lain adalah, visus 0 (tidak dapat mengidentifikasi cahaya) saat datang, ruptur bola mata, trauma yang melibatkan segmen posterior bola lama (badan siliar, vitreus, retina, koroid, dan saraf optik), riwayat penetrating keratoplasty (transplantasi kornea utuh), dan dislokasi lensa kristalina.[48]
Pada pasien dengan hifema traumatik, faktor prognosis yang memungkinkan terjadinya perburukan penglihatan adalah hifema yang >50% kamera okuli anterior, namun hal ini juga dipengaruhi oleh penanganan awal dan kepatuhan pasien, serta usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.[49]