Pendahuluan Tumor Karsinoid
Tumor karsinoid adalah salah satu varian tumor neuroendokrin (NET) yang cukup jarang dijumpai. Tumor ini mampu mensekresi zat vasoaktif, seperti serotonin, histamin, dan prostaglandin, yang dapat memicu sindrom karsinoid. Tumor karsinoid dapat bersifat jinak maupun ganas, dengan perkembangan yang lambat tetapi tetap mungkin mengalami metastasis.[1,2]
Berdasarkan lokasi kemunculannya, tumor neuroendokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumor neuroendokrin pankreatik yang berasal dari kelenjar pankreas dan tumor karsinoid yang berasal dari sel neuroendokrin di organ lain. Tumor karsinoid diduga berasal dari enterochromaffin yang tersebar di sistem gastrointestinal dan bronkopulmonal.[3,4]
Lokasi tumor karsinoid yang paling umum adalah di saluran cerna (60%), diikuti oleh saluran pernapasan (25%), dan lokasi lain termasuk ovarium dan ginjal. Tumor karsinoid di gastrointestinal paling sering ditemukan di duodenum bagian kedua, rektum, dan apendiks.[2,4]
Dalam beberapa kasus, tumor karsinoid bersifat asimtomatik, di mana pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan abdomen tidak ditemukan tanda abnormal. Tumor karsinoid sering ditemukan secara tidak sengaja pada pasien anemia, atau pada pembedahan. Gejala klinis yang muncul tergantung pada lokasi tumor, aktivitas hormonal, dan agresivitas tumor. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan biomarker dan pencitraan (misalnya CT scan abdomen).[2,4]
Penatalaksanaan tumor karsinoid akan tergantung pada lokasi tumor, metastasis, tipe hormon yang disekresikan, serta komplikasi yang muncul. Tata laksana bisa meliputi pembedahan, kemoterapi, serta terapi ablasi radiofrekuensi.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini