Epidemiologi Fraktur Radius Distal
Epidemiologi fraktur radius distal tersering pada lansia dan anak-anak dengan tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada kelompok usia >70 tahun.
Global
Fraktur radius distal merupakan 18% fraktur yang dialami oleh lansia dan 25% fraktur yang dialami anak-anak. Insidensi fraktur ini cukup tinggi, sebesar 195,2/100.000 penduduk per tahun. Fraktur Colles sering dialami pada lansia dan wanita.[1,2,4-6]
Penelitian epidemiologi di Swedia mengenai fraktur radius distal selama 3 tahun (2015 - 2017) melaporkan bahwa sebanyak 23.394 fraktur radius distal teridentifikasi. Mayoritas pasien ada wanita lansia (usia >50 tahun) akibat jatuh trauma energi rendah.[7]
Indonesia
Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013 menunjukkan patah tulang dialami 5,8% penduduk. Pada populasi usia ≥75 tahun, persentasi lebih tinggi yakni 10%.[8] Akan tetapi tidak ada data epidemiologis nasional di Indonesia spesifik terkait fraktur distal radius.
Studi pada salah satu rumah sakit di Indonesia menunjukkan persentase fraktur distal radius sebesar 52,2% dari insidensi fraktur tulang physis pada anak usia 0-14 tahun.[9] Studi lain menunjukkan fraktur distal radius lebih banyak dialami pria (56,7%), usia remaja akhir (17-25 tahun sebanyak 32,8% dengan penyebab tersering yakni kecelakaan (85%) dan trauma jatuh (14,9%).[10]
Mortalitas
Penelitian yang ada menunjukkan pada 883 pasien fraktur radius distal, laju mortalitas pada follow up 1 tahun 3,4% dan follow up 5 tahun 4,6%. Kelompok usia >70 tahun merupakan kelompok dengan mortalitas tertinggi. [6]
Di Korea, standardized mortality rate (SMR) 1 tahun pasca fraktur yakni 1,45 (laki-laki) dan 1,17 (perempuan). Laju mortalitas 1 tahun 1,4%.[6,10] Sedangkan di Swedia, mortalitas 30 hari mencapai 0.4% dan mortalitas 1 tahun adalah 2.9% [8]