Pendahuluan Cacar Monyet
Cacar monyet atau mpox merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Transmisinya sering terjadi secara zoonosis tetapi transmisi antar manusia juga dapat terjadi. Cacar monyet pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1970 dan terutama menyerang anak-anak di Afrika Barat dan Afrika Tengah.[1-4]
Manifestasi klinis yang dialami pasien cacar monyet meliputi gejala prodromal, seperti demam, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, nyeri otot, dan limfadenopati, yang kemudian diikuti dengan erupsi kulit. Diagnosis cacar monyet dapat ditegakkan melalui kultur virus dari swab nasofaring atau swab orofaring, pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR), pemeriksaan imunohistokimia, dan pemeriksaan serologi.[1,2]
Kasus cacar monyet ditemukan meningkat pada Republik Demokratik Kongo dan beberapa negara lainnya di benua Afrika, sehingga World Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan outbreak cacar monyet yang termasuk Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) pada tanggal 14 Agustus 2024. Outbreak ini dikatakan berpotensi menyebar ke negara lain di benua Afrika dan mungkin di benua lainnya.[19]
Penatalaksanaan dengan obat antiviral hingga saat ini belum memiliki bukti efektivitas yang adekuat. Contoh obat antiviral yang diduga bermanfaat untuk terapi cacar monyet dan masih dipelajari lebih lanjut adalah cidofovir, brincidofovir, dan tecovirimat. Namun, obat-obat ini belum tersedia di Indonesia. Manajemen utama adalah isolasi dan terapi suportif untuk mengatasi gejala, seperti demam, nyeri kepala, atau dehidrasi.[1,2,5,17]
Pencegahan cacar monyet dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin yang diberikan dapat berupa vaksin vaccinia-based yang biasanya digunakan untuk mencegah cacar (smallpox). Vaksin ini tidak khusus untuk cacar monyet tetapi efektif mencegah cacar monyet pada 85% kasus. Di Indonesia, vaksin ini belum tersedia.[1,2,5,17]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur