Diagnosis Cacar Monyet
Diagnosis cacar monyet atau mpox (monkeypox) dapat ditegakkan melalui kultur virus dari swab nasofaring atau swab orofaring, pemeriksaan polymerase chain reaction dengan sampel dari lesi kulit, pemeriksaan imunohistokimia, dan pemeriksaan serologi. Berdasarkan kriteria CDC, kasus cacar monyet dapat digolongkan menjadi kasus terkonfirmasi, kasus probable, dan kasus suspek.
Anamnesis
Masa inkubasi virus monkeypox adalah sekitar 5–21 hari setelah kontak dengan hewan atau manusia lain yang terinfeksi. Pasien cacar monyet umumnya mengalami masa prodromal yang ditandai dengan demam sekitar 38,5–40,5°C. Demam dapat disertai oleh gejala-gejala lain dan akan diikuti dengan erupsi kulit.[1,9,10]
Fase Inkubasi
Rata-rata fase inkubasi virus cacar monyet berlangsung selama 6-13 hari, namun dapat memanjang hingga 5-21 hari. Pada fase ini, pasien biasanya belum mengalami gejala apapun.[1,9,10]
Fase Prodromal
Pada fase prodromal, gejala awal cacar monyet sudah mulai muncul yaitu demam dengan suhu sekitar 38.5-40.5 derajat Celsius, nyeri otot, nyeri kepala, nafsu makan menurun, kelelahan, batuk, nyeri tenggorokan, dan limfadenopati di area leher atau selangkangan.[1,9,10]
Fase Erupsi Kulit
Erupsi kulit biasanya terjadi sekitar 1-3 hari setelah demam atau sekitar 1-2 hari setelah limfadenopati. Lesi awal biasanya berupa makula yang kemudian berubah menjadi papula, vesikel, pustula, dan akhirnya membentuk krusta. Lesi kulit terutama muncul pada area wajah dan ekstremitas. Lesi lebih jarang ditemukan pada tubuh (trunk).[1,9]
Fase Penyembuhan
Pada fase penyembuhan, terjadi hipopigmentasi atau hiperpigmentasi kulit yang disertai dengan bekas luka pada kulit.[9,10]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien cacar monyet, dokter dapat menemukan limfadenopati di regio submental, submandibular, inguinal, atau servikal. Selain itu, dokter juga dapat menemukan erupsi kulit berupa makula, papula, vesikel, pustula, atau krusta.[9,11]
Makula merupakan erupsi awal yang kemudian berubah menjadi papula, vesikel, pustula, dan akhirnya membentuk krusta. Bagian tubuh yang sering terkena adalah wajah dan ekstremitas, namun lesi juga dapat ditemukan di bagian tubuh lain. Lesi kulit dapat mencapai angka lebih dari 500 dan penyebarannya bersifat sentrifugal.[9,11]
Lesi kulit bisa membentuk nekrosis, petekie, dan ulkus pada tahap yang lebih jauh. Lesi kulit ini biasanya terasa gatal, namun jarang terasa nyeri kecuali bila lesi disertai dengan infeksi sekunder oleh bakteri. Pada pasien yang sudah menjalani vaksinasi, lesi kulit yang muncul biasanya tidak spesifik dan bersifat lebih ringan.[9,11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding cacar monyet adalah penyakit-penyakit infeksi dengan gejala mirip seperti smallpox, varicella, dan tanapox. Gejala prodromal dan lesi kulit yang dihasilkan mungkin tampak mirip dan membingungkan, sehingga pemeriksaan penunjang lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Smallpox
Cacar (smallpox) disebabkan oleh infeksi virus variola yang juga merupakan anggota genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Gejala prodromal yang dialami tampak mirip dengan cacar monyet dan lesi kulit yang dihasilkan juga dapat berupa makula, papula, vesikel, dan pustul. Smallpox telah dinyatakan tereradikasi secara global sejak tahun 1980. Perbedaan dengan cacar monyet dapat terlihat melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).[2,5]
Varicella
Pada pasien dengan varicella atau cacar air, erupsi kulit dimulai dengan munculnya makula di area wajah atau kepala yang kemudian berubah menjadi vesikel dan papula. Vesikel akan membesar dan pecah sehingga membentuk krusta. Untuk membedakan dengan cacar monyet, dokter perlu menanyakan riwayat kontak pasien dengan orang yang terinfeksi varicella atau melakukan pemeriksaan PCR dan imunohistokimia.[5]
Tanapox
Tanapox juga disebabkan oleh virus yang berasal dari famili Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan gejala prodromal dan lesi kulit yang mirip dengan cacar monyet. Diagnosis kedua penyakit ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan PCR dari biopsi kulit pasien.[5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat untuk menegakkan diagnosis cacar monyet adalah kultur virus dari swab nasofaring atau swab orofaring, pemeriksaan PCR, pemeriksaan imunohistokimia, dan pemeriksaan serologi. Kultur virus monkeypox hanya dapat dilakukan oleh CDC, sehingga pemeriksaan PCR lebih sering dipilih untuk menegakkan diagnosis.[2,9]
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR merupakan pemeriksaan pilihan untuk mendiagnosis cacar monyet karena akurasi dan sensitivitasnya yang baik. Sampel yang optimal untuk PCR adalah sampel yang diambil dari biopsi lesi kulit seperti atap (roof) atau cairan dari vesikel dan pustula, serta krusta yang sudah kering. Sampel dari darah umumnya tidak disarankan untuk PCR karena durasi viremia virus monkeypox relatif singkat dan akan memberikan hasil inkonklusif.[1,2,9]
WHO pada bulan Oktober 2024 telah menyetujui pemeriksaan in vitro diagnostic (IVD) mpox pertama di bawah prosedur Emergency Use Listing (EUL). Persetujuan penggunaan darurat Alinity m MPXV (Abbott Molecular Inc.) ini sangat penting untuk pengujian yang cepat dan akurat, sehingga penanganan pasien dapat dilakukan secara dini.[19]
Sebuah studi multisenter di Cina melaporkan kinerja pemeriksaan ini terbukti kompeten pada 87,69% (171/195) peserta dan 87,94% (175/199) kumpulan data/datasets. Positive percentage agreements (PPAs) dilaporkan >99% untuk sampel pada 2.700 dan 900 eksemplar/mL, dan 95,60% (761/796) untuk sampel pada 300 eksemplar/mL.[20]
Pemeriksaan Imunohistokimia
Tes Tzanck dapat digunakan untuk membedakan cacar monyet dari penyakit nonviral yang mungkin memiliki gejala mirip. Namun, tes ini tidak dapat membedakan cacar monyet dengan smallpox dan infeksi herpetik.[2,9]
Pemeriksaan Serologi
Untuk pemeriksaan serologi, pemeriksaan serum IgM lebih dari 5 hari setelah onset dan pemeriksaan serum IgG lebih dari 8 hari setelah onset lesi kulit adalah waktu yang paling optimal untuk diagnosis cacar monyet. Namun, pemeriksaan serologi ini tidak bersifat spesifik untuk cacar monyet karena bersifat cross-reactive terhadap virus lain dalam genus Orthopoxvirus. Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat memberikan hasil false positive bila pasien pernah menerima vaksin smallpox.[1,2,9]
Kriteria Diagnosis
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) membedakan kasus cacar monyet menjadi tiga kategori yaitu kasus terkonfirmasi, kasus probable, dan kasus suspek. Masing-masing kategori ini memiliki kriteria tersendiri.
Kasus Terkonfirmasi
Seseorang dinyatakan mengalami kasus cacar monyet yang terkonfirmasi bila orang tersebut memenuhi satu atau lebih kriteria berikut:
- Memiliki hasil kultur virus yang positif virus monkeypox
- Memiliki hasil PCR yang positif virus monkeypox
- Pemeriksaan dengan mikroskop elektron menunjukkan adanya Orthopoxvirus setelah kemungkinan infeksi dari Orthopoxvirus lain disingkirkan
- Pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan adanya virus monkeypox setelah kemungkinan infeksi dari Orthopoxvirus lain disingkirkan[2]
Kasus Probable
Seseorang dinyatakan sebagai kasus probable bila mengalami gejala demam dan ruam dengan vesikel atau pustula (demam dan lesi kulit harus sama-sama ada), maksimal dalam 21 hari setelah riwayat paparan yang sesuai epidemiologi cacar monyet.[2]
Kasus Suspek
Seseorang dinyatakan sebagai kasus suspek bila mengalami demam atau lesi kulit (salah satu) dan mengalami 2 atau lebih gejala lain seperti berkeringat, sakit tenggorokan, batuk, limfadenopati, sesak napas, sakit punggung, atau sakit kepala. Gejala muncul maksimal dalam 21 hari setelah riwayat paparan yang sesuai dengan epidemiologi cacar monyet.[2]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur