Patofisiologi Filariasis
Patofisiologi filariasis secara umum melibatkan respons imun tubuh terhadap cacing dewasa dan mikrofilaria. Infeksi filaria akan memicu terjadinya respon imun inflamasi akut, yaitu peningkatan imunoglobulin E (IgE) dan IgG4 oleh stimulasi antigen (cacing mati) terhadap respon imun tipe Th2. Reaksi inflamasi juga dipengaruhi oleh adanya bakteri endosimbiotik Wolbachia pada cacing filaria.
Perjalanan penyakit filariasis umumnya terjadi secara kronik selama beberapa bulan hingga tahun. Faktor yang mempengaruhi patogenesis filariasis antara lain akumulasi antigen cacing dewasa dalam limfatik, durasi dan tingkat paparan gigitan vektor, adanya infeksi sekunder bakteri atau jamur, dan respon imun pasien.
Paparan yang terjadi saat kehamilan (prenatal) dapat memberikan toleransi imun terhadap antigen parasit kepada bayi, sehingga kejadian filariasis di daerah endemi sering asimtomatik (memiliki toleransi imun) sampai munculnya gejala yang sudah berat di kemudian hari. Sedangkan pendatang (bukan penduduk daerah endemi) yang terinfeksi tidak memiliki toleransi imun, sehingga gejala penyakit langsung muncul dan biasanya lebih berat.[1,2]
Referensi
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)