Pendahuluan Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract infection adalah infeksi dan inflamasi yang terjadi baik pada saluran kemih bagian atas yaitu ginjal hingga ureter, maupun bagian bawah yaitu kandung kemih hingga uretra. Contoh ISK adalah sistitis simpleks dan pyelonephritis.
Infeksi saluran kemih dilaporkan lebih sering pada wanita dibandingkan dengan pria, diduga karena anatomi uretra yang lebih pendek pada wanita dan adanya substansi antibakteri pada cairan prostat pria.[1,2]
Faktor risiko terjadinya ISK mencakup usia pasien, aktivitas seksual, riwayat keluarga, komorbiditas medis, dan riwayat ISK individu. ISK rekuren didefinisikan sebagai 3 atau lebih ISK selama periode 12 bulan. ISK berkontribusi besar terhadap tingkat morbiditas ISK. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 30% wanita akan menderita infeksi berikutnya dalam 12 bulan setelah resolusi gejala awal meskipun telah mendapat terapi antibiotik adekuat.[3]
Pendekatan Diagnosis dan Terapi
Diagnosis ISK umumnya didasarkan oleh tanda dan gejala klinis yang disertai dengan hasil positif pada urinalisis atau kultur urin. Pasien ISK umumnya memiliki gejala tipikal, yaitu disuria atau nyeri saat berkemih, frekuensi atau berkemih yang sering, hesitancy atau sulit memulai kencing, dan hematuria atau ditemukannya darah pada urin. Pasien juga bisa mengalami demam, dan mual atau muntah. Pasien dengan nyeri tekan pada sudut kostovertebra disertai demam kemungkinan mengalami pyelonephritis.[4]
Terapi antibiotik merupakan penanganan utama dari ISK. Untuk infeksi akut tanpa komplikasi, pilihan terapi mencakup nitrofurantoin, kotrimoksazol, dan fosfomycin trometamol. Kotrimoksazol hanya digunakan jika tingkat resistensi lokal di bawah 20%. Pilihan terapi antibiotik lain adalah golongan fluorokuinolon dan beta laktam.[4,5]
Pada kasus ISK yang disebabkan oleh Enterobacteriaceae yang resisten terhadap karbapenem, pilihan terapi mencakup ceftazidime-avibactam, colistin, polymyxin B, fosfomycin, aminoglikosida, dan tigecycline. Pada kasus ISK akibat Pseudomonas spp multidrug resistant (MDR), pilihan terapi mencakup fluorokuinolon, ceftazidime, cefepime, piperacillin-tazobactam, karbapenem, aminoglikosida, colistin, ceftazidime-avibactam, dan ceftolozane-tazobactam.[22]
Langkah Profilaksis
Profilaksis rekurensi dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku dan konseling, profilaksis antibiotik dosis rendah terus menerus, maupun profilaksis antibiotik pascakoitus. Minta pasien menghindari penggunaan produk spermisida dan intrauterine device (IUD. Anjurkan untuk langsung berkemih setelah koitus. Edukasi agar pasien menjaga hidrasi dan tidak menahan buang air kecil.
Antibiotik profilaksis dapat diberikan dengan nitrofurantoin 50−100 mg/hari atau setelah koitus. Pilihan lain adalah fosfomycin trometamol 3 g setiap 10 hari.[23]
Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah