Etiologi Leismaniasis
Etiologi leismaniasis adalah protozoa intraseluler obligat, famili Trypanosomatidae, orda Kinetoplastida, genus Leishmania.
Etiologi
Jumlah spesies yang bertanggung jawab terhadap kasus leismaniasis kurang lebih ada 20 spesies, antara lain L. donovani, L. mexicana, L. tropicana, L. major, dan L. aethiopica.
Leishmania memiliki dua bentuk perkembangan, yaitu promastigot dan amastigot. Promastigot memiliki flagel, berada di ekstraseluler, panjangnya 10–20 ìm, dan tetap tinggal dalam tubuh vektor kurang lebih selama 4–25 hari. Sedangkan amastigot merupakan bentuk tanpa flagel dengan ukuran panjang 2–4 ìm dan berada di intraseluler.[3,6]
Parasit ditransmisikan oleh vektor sandfly (agas) dari genus Phlebotomus pada “Old World” (Asia, Afrika, dan Eropa) dan genus Lutzomyia pada “New World” (Amerika). Ukuran vektor sandfly sangat kecil, yaitu panjangnya <3,5 mm atau sekitar sepertiga ukuran nyamuk. Vektor ini bersifat nokturnal dan hanya sandfly betina yang menghisap darah sebagai makanannya.[3,6]
Transmisi dapat bersifat antroponotik (vektor mentransmisikan infeksi dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang sehat) atau bersifat zoonotik (vektor mentransmisikan infeksi dari reservoir hewan ke manusia). Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik pada pengguna obat terlarang, sedangkan transmisi in utero jarang terjadi.[1,3,6]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko leismaniasis.
Kondisi Sosioekonomi
Kemiskinan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian leismaniasis. Kondisi kebersihan yang buruk, seperti pengelolaan limbah yang buruk, dapat meningkatkan perkembangbiakan vektor dan juga mempermudah akses vektor menuju manusia. Faktor lain yang meningkatkan risiko infeksi adalah lingkungan rumah yang padat, lembap, atau kebiasaan tidur di luar rumah.[1,7]
Perubahan Lingkungan dan Iklim
Perubahan iklim, suhu, hujan, dan kelembapan memiliki efek yang kuat terhadap vektor dan reservoir dengan meningkatkan daya kemampuan hidup, reproduksi, dan proliferasi parasit.
Fluktuasi ringan pada suhu dapat memberikan efek pada siklus perkembangan Leshmania dalam vektor, yang memungkinkan transmisi parasit pada area yang sebelumnya tidak endemis. Insidensi leismaniasis dapat dipengaruhi oleh perubahan urbanisasi. Kekeringan, kelaparan dan banjir dapat menimbulkan migrasi penduduk ke area transmisi Leishmania.[1,7]
Malnutrisi
Kerentanan dan tingkat keparahan seseorang untuk terkena penyakit tergantung pada keadaan nutrisi seseorang, seperti berat badan dan kadar mikronutrien dalam tubuh.
Kondisi malnutrisi (kekurangan protein, zat besi, vitamin A, dan zinc) dapat menyebabkan seseorang rentan terkena penyakit karena sistem imun yang lemah. Pada kondisi ini, infeksi leismaniasis dapat bersifat simtomatik. Studi menunjukan bahwa individu yang malnutrisi memiliki risiko 3–5 kali lebih besar untuk mengalami leismaniasis viseral.[1,8]
Transplantasi Organ
Selain ditransmisikan melalui transfusi darah dan penggunaan jarum suntik bersama, leismaniasis juga ditransmisikan pada pasien yang menjalani tranplantasi organ. Meskipun jarang, kasus leismaniasis dapat terjadi pada transplantasi ginjal (77%), hepar, jantung, paru, pankreas, dan sumsum tulang.
Jenis leismaniasis tersering pada pasien dengan transplantasi organ adalah leismaniasis viseralis, diikuti dengan leismaniasis mukosa dan kutaneus. Pemberian obat imunosupresif pada populasi ini dapat mencegah aktivasi sel T dan menekan mekanisme defensif untuk melawan parasit.[7,9]
Riwayat Berpergian ke Daerah Endemis
Turis yang bepergian ke daerah endemis leismaniasis memiliki risiko untuk terkena penyakit ini. Selain itu, impor anjing yang telah terinfeksi Leishmania (canine leismaniasis) ke daerah nonendemis turut berkontribusi terhadap perluasan penyebaran penyakit.[1,5,7]
Penderita HIV
Insidensi leismaniasis viseralis pada pasien dengan imunokompromais, seperti HIV dilaporkan cukup tinggi. Kasus koinfeksi HIV cukup tinggi di negara Eropa dengan insidensi kurang lebih 85%. Transmisi terutama terjadi melalui penggunaan jarum suntik.
Koinfeksi pada umumnya cukup fatal dan keterlambatan diagnosis sering kali terjadi. HIV-AIDS dapat meningkatkan risiko leishmaniasis viseralis 100–1.000 kali lebih besar. Pada pasien dengan imunokompromais, bepergian ke daerah endemis leismaniasis dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Oleh karena itu, pasien tersebut perlu diedukasi untuk menggunakan repellent, pakaian tertutup, dan kelambu.[5,7]