Epidemiologi Leptospirosis
Menurut data epidemiologi global, leptospirosis atau Weil’s disease lebih sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Namun, penyakit ini juga dapat terjadi di daerah dengan iklim lain. Insidensi biasanya meningkat di musim hujan karena adanya banjir.
Global
Di negara barat, leptospirosis umumnya muncul di akhir musim panas atau awal musim gugur. Sementara itu, di negara tropis, penyakit ini biasanya muncul di musim hujan akibat banjir dan longsor. Sekitar 80% penduduk di negara tropis diperkirakan memiliki serokonversi positif, yang menandakan bahwa orang tersebut pernah terinfeksi atau sedang terinfeksi Leptospira. Insidensi dilaporkan tinggi pada area urban yang padat, kurang bersih, dan berpopulasi rodensia tinggi.
Saat ini tidak ada bukti bahwa Leptospira lebih memengaruhi jenis kelamin ataupun ras tertentu. Namun, insidensi pada pria lebih sering ditemukan karena penyakit ini memiliki hubungan erat dengan okupasi, seperti petani dan peternak. Anak-anak mungkin lebih rentan karena kurang hati-hati saat bermain dengan hewan vektor atau saat berkontak dengan air dan tanah yang tercemar.[1,5,7,13]
Indonesia
Leptospirosis tersebar luas di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia. Bakteri ini menyukai lingkungan dengan temperatur hangat, lembab, tingkat keasamaan air dan tanah netral, serta curah hujan tinggi. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, case fatality rate (CFR) tertinggi kasus leptospirosis di Indonesia pada tahun 2016 ada di provinsi Banten (60%), Daerah Istimewa Yogyakarta (35,29%), dan Jawa Tengah (18,29%).[6]
Mortalitas
Sekitar 90% leptospirosis adalah kasus ringan yang jarang menimbulkan kematian. Namun, kasus yang berat dapat melibatkan jantung, paru, sistem saraf pusat, atau ginjal dan dapat menimbulkan kematian. Pasien dengan leptospirosis berat biasanya membutuhkan rawat inap dan pemantauan di ICU.
Rata-rata mortalitas leptospirosis adalah 10% tetapi dapat bervariasi antara 5–40%. Orang lanjut usia dan orang immunocompromised adalah orang yang paling berisiko. Mayoritas kematian terjadi akibat gagal ginjal, perdarahan masif, atau acute respiratory distress syndrome (ARDS).[1,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati