Diagnosis Mononukleosis EBV
Diagnosis mononukleosis virus Epstein-Barr (EBV) dapat dicurigai berdasarkan adanya gejala klasik, yaitu demam, faringitis, dan limfadenopati. Namun, gejala ini tidak selalu tampak jelas, sehingga pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan. Pemeriksaan pilihan untuk diagnosis mononukleosis EBV adalah tes antibodi heterofil.[7]
Anamnesis
Gejala klasik dari mononukleosis adalah demam, faringitis, dan limfadenopati. Keluhan umumnya timbul perlahan dalam waktu 1–2 minggu, di mana pasien bisa mengeluhkan gejala lain, seperti nyeri tenggorokan, lemas, nyeri kelenjar getah bening, sakit kepala, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Sering kali, pasien mengira gejala yang dialami adalah influenza.
Masa inkubasi mononukleosis infeksius pada remaja dan dewasa adalah sekitar 30–50 hari, dengan masa inkubasi yang lebih pendek pada anak. Umumnya, pasien tidak mengingat riwayat kontak dengan individu lain yang mengalami faringitis.[1-3,7,8]
Pemeriksaan Fisik
Tanda yang dapat ditemui pada pasien dengan mononukleosis infeksius adalah demam, limfadenopati, faringitis, bercak kemerahan, edema periorbital, petechiae palatum, jaundice, hepatomegali, dan splenomegali. Limfadenopati sering terjadi di area servikal posterior tetapi dapat juga terjadi di area aksilaris dan inguinal.
Pada mononukleosis, umumnya terdapat eksudat tonsilar pada faringitis yang dapat diikuti oleh pembesaran tonsil. Bercak kemerahan pada kulit umumnya berupa bercak makulopapular.[2,3,7,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding mononukleosis adalah infeksi patogen lain, seperti cytomegalovirus (CMV), adenovirus, virus hepatitis A, HIV, toxoplasma, rubella, dan Streptococcus yang menyebabkan faringitis. Infeksi CMV memiliki gejala yang menyerupai mononukleosis EBV tetapi bercak kulit makulopapular, hepatomegali, splenomegali, dan limfadenopati jarang ditemukan.
Adanya petechiae palatum dapat membedakan mononukleosis dari faringitis viral lain tetapi tidak dapat membedakannya dari faringitis Streptococcus grup A. Hal yang mungkin dapat membedakan mononukleosis dari faringitis Streptococcus grup A adalah jarangnya ditemukan hepatomegali maupun splenomegali pada faringitis Streptococcus grup A.[3,7]
Pada toxoplasmosis, umumnya terdapat riwayat konsumsi daging yang belum matang atau riwayat berkontak dengan kucing. Pada infeksi HIV, gejala yang bisa membedakan adalah penurunan berat badan dan diare kronis.[1-3,13]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis mononukleosis EBV dapat ditegakkan melalui pemeriksaan serologi antibodi heterofil maupun antibodi spesifik EBV. Tes laboratorium darah lengkap juga mungkin dilakukan. Akan tetapi, pemeriksaan radiologis biasanya tidak diperlukan.
Antibodi Heterofil
Pada 80–90% kasus mononukleosis, antibodi heterofil akan diproduksi oleh tubuh. Tes antibodi heterofil (tes monospot) memiliki prosedur yang cukup cepat dan tidak mahal, dengan akurasi 71–90% untuk diagnosis mononukleosis. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 63–84% dan spesifisitas 84–100%.
Pemeriksaan antibodi heterofil dapat memberikan hasil negatif palsu di minggu pertama dan kedua dari munculnya gejala. Hal ini dikarenakan level antibodi heterofil memuncak pada minggu ke-2 sampai ke-6 setelah infeksi. Jika pemeriksaan pertama menunjukkan hasil negatif, pemeriksaan antibodi heterofil perlu diulang kembali setiap minggunya selama 6 minggu. Jika hasil pemeriksaan tetap negatif selama 6 minggu berturut-turut, pemeriksaan antibodi spesifik EBV perlu dilakukan.[3,13,16]
Antibodi Spesifik EBV
Pemeriksaan antibodi spesifik EBV memakan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal daripada pemeriksaan antibodi heterofil. Tes ini memiliki sensitivitas hingga 97% dan spesifisitas hingga 94% untuk mendiagnosis EBV. Adanya IgM mengonfirmasi mononukleosis infeksius, sementara hasil negatif dapat mengeksklusikan mononukleosis.
Titer IgM mencapai puncak setelah 4–8 minggu dan akan tetap memberikan hasil positif hingga 1 tahun. Adanya IgG menunjukkan imunitas dari infeksi sebelumnya. Tes antibodi spesifik EBV ini bermanfaat ketika pemeriksaan antibodi heterofil menunjukkan hasil negatif dan diagnosis mononukleosis masih belum dapat dieksklusi.[3,13]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap mungkin menunjukkan limfositosis dengan diferensial limfosit melebihi 50%. Leukositosis, trombositopenia, dan peningkatan enzim hati juga dapat ditemukan. Beberapa pasien juga mengalami anemia.[2,7]