Pendahuluan Schistosomiasis
Schistosomiasis atau bilharzia adalah penyakit parasitik akibat cacing trematoda Schistosoma. Penyakit ini diperkirakan terjadi pada 230 juta penduduk dunia.[1,2]
Infeksi terjadi akibat larva yang berhasil menembus kulit pejamu dan melakukan siklus hidup di dalamnya sebelum melakukan pembiakan. Terdapat tiga jenis Schistosoma yang dapat menginfeksi manusia, yaitu Schistosoma haematobium, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma japonicum.[3,4]
S.haematobium dan S.mansoni banyak ditemukan di Afrika dan Timur Tengah. Sementara itu, S.japonicum tersebar di Asia, terutama Filipina dan Tiongkok. Spesies yang terdapat di Indonesia adalah S.japonicum yang bersifat endemis di Sulawesi Tengah, tepatnya di Lembah Lindu dan Danau Lindu, serta Lembah Napu.[3,4]
Schistosomiasis adalah salah satu dari lima besar neglected tropical disease (NTD) yang meliputi leismaniasis, filariasis limfatik, nematoda intestinal, cryptosporidiosis, dan schistosomiasis.
Diagnosis schistosomiasis ditegakkan dengan deteksi telur parasit pada feses atau urin. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah deteksi antibodi atau antigen dari sampel darah maupun urin. Tata laksana schistosomiasis adalah menggunakan prazikuantel.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli