Penatalaksanaan Toxoplasmosis
Penatalaksanaan toxoplasmosis diberikan pada pasien imunokompeten dengan gejala berat atau panjang, anak <5 tahun, dan semua pasien imunokompromais. Terapi profilaksis juga diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan IgG Toxoplasma gondii positif dan CD4 <100 sel/µL.
Berobat Jalan
Pengobatan toxoplasmosis diberikan dengan rute oral sehingga bila tidak ada indikasi rawat inap, dapat dilakukan rawat jalan.
Persiapan Rujukan
Rujukan dilakukan bagi mereka dengan keterlibatan organ mata dan susunan saraf pusat agar pengobatan dapat segera diberikan untuk mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Individu dengan faktor risiko seperti imunokompromais, ibu hamil dan bayi baru lahir dari ibu terinfeksi toksoplasma juga perlu ditindaklanjuti dengan spesialis terkait untuk skrining toxoplasmosis.
Medikamentosa
Pemberian terapi medikamentosa diberikan hanya kepada pasien imunokompeten yang bergejala seperti adanya toxoplasmosis korioretinitis, ensefalitis, pasien imunokompromais, dan anak <5 tahun. Secara umum, regimen obat yang digunakan adalah pirimetamin dan sulfadiazine, diberikan selama 6 minggu. Leucovorin atau asam folinik seperti kalsium folinat juga diberikan untuk mencegah supresi sumsum tulang belakang dan toksisitas hematologi dari pirimetamin.[3,5,28,29]
Steroid pada toxoplasmosis okular umum digunakan walaupun peranannya dalam terapi toxoplasmosis okular belum jelas. Kondisi seperti reaksi inflamasi vitreous yang berat, penurunan penglihatan menurun, dan lesi yang besar menjadi pertimbangan penggunaan steroid.[29]
Pilihan regimen obat bagi pasien dewasa imunokompeten yang diberikan adalah:
- Pirimetamin dosis awal 100 mg pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis 25-50 mg per hari, DAN
Sulfadiazine dosis awal 2-4 g/hari untuk 2 hari pertama, dilanjutkan dengan dosis 4 kali 500-1000 mg dalam sehari, DAN
- Leucovorin (seperti kalsium folinat) dengan dosis 25-50 mg/hari
Pada pasien yang alergi dengan sulfadiazine, dapat diganti dengan azithromycin 500 mg/hari atau clindamycin 4 kali 300 mg/hari atau atovaquone 2 kali 750 mg/hari. Bila tidak menggunakan pirimetamin, maka regimen yang diberikan adalah trimethoprim 10 mg/kgBB/hari dan sulfamethoxazole 50 mg/kgBB/hari selama 4 minggu.[25]
Pada ibu hamil yang terkena infeksi toksoplasma, dapat diberikan spiramisin melalui rute oral dalam dosis 1 gram sebanyak 3 kali per hari. Spiramisin dapat diteruskan selama masa kehamilan bila hasil PCR dari amniosentesis dinyatakan negatif. Pada hasil positif PCR dari cairan amnion, tata laksana yang direkomendasikan adalah pemberian pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinik. Regimen obat yang dapat diberikan adalah:
- Pirimetamin dosis 25 mg per hari, DAN
Sulfadiazine dosis 4 g/hari dibagi dalam 2-4 kali pemberian, DAN
- Leucovorin (seperti kalsium folinat) dengan dosis 10-25 mg/hari[7,20]
Pada pasien dewasa yang imunokompromais, regimen obat yang dapat diberikan adalah:
- Pirimetamin dosis awal 200 mg pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis 50-75 mg per hari, DAN
- Sulfadiazine dosis 4-8 g/hari, DAN
- Leucovorin (seperti kalsium folinat) dengan dosis 10 mg/hari
Pada pasien imunokompromais dengan CD4 <100 sel/µL, pirimetamin, sulfadiazine, dan leucovorin dilanjutkan seumur hidup atau rekonstitusi imun. Dosis regimen yang diberikan adalah:
- Pirimetamin dosis 50 mg per hari, DAN
- Sulfadiazine dosis 1-1,5 g/hari, DAN
- Leucovorin (seperti kalsium folinat) dengan dosis 10 mg/hari
Pada anak-anak, regimen obat diberikan selama 6 minggu. Dosis regimen yang diberikan adalah pirimetamin 2 mg/kgBB pada hari pertama, dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB per hari. Sulfadiazine dengan dosis 2 kali 50 mg/kgBB per hari dan leucovorin 7,5 mg per hari juga diberikan.[3,5,28]
Pembedahan
Terapi pembedahan tidak umum pada infeksi toksoplasma, kecuali pada kasus okular. Pembedahan untuk komplikasi berat toxoplasmosis okular telah dicoba namun terapi medikamentosa tetap perlu dioptimalkan karena stres pembedahan dapat memperburuk gejala klinis dan meningkatkan tingkat kekambuhan.[10]
Terapi Profilaksis
Terapi profilaksis bertujuan untuk mencegah reaktivasi infeksi laten dan diberikan pada pasien HIV yang sudah terkonfirmasi dengan IgG Toxoplasma gondii positif dan CD4 <100 sel/µL. Pasien diberikan trimethoprim-sulfamethoxazole dan dapat dihentikan apabila hasil CD4 >200 sel/µL setidaknya selama 3 bulan dan viral load telah disupresi.[13,18]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja