Pendahuluan Cannabis Use Disorder
Cannabis use disorder atau penyalahgunaan ganja merupakan penggunaan ganja yang terus menerus atau persisten, sehingga menyebabkan gangguan fungsi psikologis, fisik, atau sosial pasien. Kanabis/ganja termasuk zat psikotropik yang memiliki tingkat penyalahgunaan tinggi, yang di Indonesia sering disebut gele, cimeng, marijuana, getok, atau lintingan daun ganja (linda).[1,2]
Kanabis atau ganja berasal tumbuhan Cannabis sativa atau Cannabis indica, yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia. Kanabinoid adalah istilah untuk komponen aktif kanabis, di mana Delta -9- tetrahydrocannabinol (THC) diketahui sebagai komponen yang paling aktif di antara 400 kanabinoid.[1,3]
Cannabis use disorder ditegakkan dengan kriteria Kondisi ini ditegakkan menggunakan kriteria American Psychiatric Association's Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5). Penegakan diagnosis dimulai dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai perubahan psikologis seperti perubahan mood, agitasi, hingga perubahan fungsi kognitif.[3-6]
Pada pemeriksaan penunjang urine dan darah, dapat ditemukan kadar ganja yang dikonsumsi. Metabolit kanabinoid bersifat larut dalam lemak, menetap di cairan tubuh dalam periode cukup lama, dan diekskresikan secara perlahan. Hasil positif pada pemeriksaan urin dapat bertahan selama 7‒10 hari, atau hingga 2‒4 minggu pada pengguna berat. Sedangkan dalam darah, kanabinoid dapat bertahan hingga 6 jam, atau 24 jam pada pengguna berat.[7,8]
Saat ini, belum ada terapi farmakologis spesifik untuk penanganan cannabis use disorder. Terapi perilaku merupakan modalitas terapi yang utama. Terapi perilaku yang dapat diberikan mencakup cognitive behavioural therapy (CBT), motivational enhancement therapy (MET), dan contingency management (CM).[3-6]
Studi juga melaporkan bahwa DBS dapat digunakan untuk terapi gangguan penyalahgunaan zat. Namun, hal ini mungkin masih perlu dipelajari lebih lanjut efikasi dan keamanannya.
Prognosis pada cannabis use disorder dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia pertama kali mengonsumsi ganja, status pernikahan, serta tingkat edukasi dan pendapatan keluarga.[3-6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini