Pendahuluan Schizophrenia
Schizophrenia atau skizofrenia merupakan gangguan psikiatri yang ditandai dengan gejala psikotik dalam bentuk delusi/waham, halusinasi, serta gangguan proses berpikir, persepsi, dan perilaku. Schizophrenia berhubungan erat dengan gangguan dalam kegiatan sosial dan pekerjaan. Umumnya, schizophrenia terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.[1,2]
Diagnosis schizophrenia ditegakkan dengan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM-V). Secara umum, gejala schizophrenia dapat dibedakan menjadi gejala positif, seperti halusinasi dan waham, juga gejala negatif, seperti kurangnya motivasi dengan hilangnya minat terhadap hal-hal di sekitar, berpikir dan bergerak secara lambat, penarikan sosial menjadi orang yang tertutup, dingin, egois, serta terasingkan.[3-4]
Penatalaksanaan schizophrenia masih terus diteliti dan belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, namun penyakit ini dapat dikontrol dengan obat antipsikotik, seperti risperidone atau haloperidol, psikoterapi berupa cognitive behavioral therapy (CBT), terapi komunitas dan suportif, serta terapi pengendalian diri sendiri. Obat antikolinergik seperti trihexyphenidyl atau diphenhydramine dapat diberikan jika muncul efek ekstrapiramidal akibat penggunaan antipsikotik.[4]
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Angka ketidakpatuhan terhadap pengobatan pada pasien penyakit jiwa cukup tinggi. Komplikasi schizophrenia meliputi substance use disorder, komplikasi akibat antipsikotik, komplikasi psikiatri, komplikasi sosial, bahkan kematian.[5]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra