Penatalaksanaan Emboli Paru
Penatalaksanaan emboli paru tergantung pada stabilitas hemodinamik pasien, dengan pilihan terapi mulai dari antikoagulan oral dan parenteral hingga embolektomi invasif.
Pada kasus derajat rendah, terapi dapat dilakukan dalam pengaturan rawat jalan menggunakan low-molecular-weight heparin dan warfarin atau direct-acting oral anticoagulants (DOAC). Pasien dengan kondisi lebih berat akan memerlukan rawat inap dan diberikan agen parenteral, seperti low-molecular-weight heparin dan unfractionated heparin. Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dan risiko perdarahan rendah dapat memperoleh manfaat dari terapi trombolitik.[3,5,12,15]
Terapi Suportif
Penanganan awal pada emboli paru akut adalah stabilisasi hemodinamik.[1-3]
Oksigen Supplemental
Oksigen supplemental diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen <90%. Pada pasien tidak stabil, ventilasi mekanik dapat diberikan dengan catatan harus memikirkan efek hemodinamik yang diakibatkan ventilasi mekanik.[1-3]
Resusitasi Cairan
Resusitasi cairan dapat diberikan pada pasien emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil. Akan tetapi, resusitasi volume agresif dapat menyebabkan distensi ventrikel kanan berlebihan yang menyebabkan interdependensi ventrikular berat yang menyebabkan menurunnya cardiac output. Oleh karena itu, resusitasi cairan hanya diberikan pada pasien dengan deplesi volume intravaskular.[1-3]
Alat Bantu Kardiopulmoner Mekanik
Alat seperti extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) dapat digunakan pada pasien emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil.[1-3]
Terapi Antikoagulan
Antikoagulan merupakan terapi utama dari pasien emboli paru dengan hemodinamik stabil. Antikoagulan yang dapat diberikan adalah low-molecular-weight heparin (LMWH) atau fondaparinux atau unfractionated heparin (UFH).
Pemberian LMWH lebih direkomendasikan dibandingkan UFH dan fondaparinux dikarenakan rendahnya risiko perdarahan dan heparin-induced thrombocytopenia (HIT) pada pasien. Akan tetapi, pada pasien obesitas berat dan gangguan ginjal, pemberian UFH lebih disarankan.[1-3]
Tabel 1. Dosis LMWH Dan Fondaparinux Pada Pengobatan Emboli Paru
Dosis | Interval | |
Enoxaparin | 1,0 mg/kg | Setiap 12 jam |
1,5 mg/kg | Sehari sekali | |
Tinzaparin | 175 U/kg | Sekali sehari |
Dalteparin | 100 IU/kg | Setiap 12 jam |
200 IU/kg | Sehari sekali | |
Nadroparin | 86 IU/kg | Setiap 12 jam |
171 IU/kg | Sehari sekali | |
Fondaparinux | 5 mg (berat badan<50 kg) | |
7,5 mg (berat badan 50 – 100 kg) | ||
10 mg (berat badan > 100 kg) |
Sumber: dr. Audric Albertus, Alomedika, 2023.[3]
Pasien Hemodinamik Stabil
Pada pasien dengan hemodinamik stabil dan kecurigaan tinggi, antikoagulan diberikan tanpa menunggu pemeriksaan diagnostik. Pada pasien dengan kecurigaan rendah, apabila pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan kurang dari 24 jam, maka antikoagulan dapat diberikan sambil menunggu diagnosis definitif.
Pada pasien dengan kecurigaan sedang, apabila pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 4 jam, maka pemberian antikoagulan dapat menunggu sampai dilakukan pemeriksaan diagnostik. Di sisi lain, pada pasien yang kontraindikasi mendapat antikoagulan, maka pemasangan inferior vena cava (IVC) filter dapat dilakukan.[1-3]
Pasien Hemodinamik Tidak Stabil
Pada pasien hemodinamik tidak stabil dengan kecurigaan tinggi, dapat dilakukan CTPA emergency, pemindaian perfusi portabel, atau ekokardiografi transtorasik bedside. Reperfusi primer, umumnya trombolisis, merupakan terapi utama pada pasien emboli paru akut dengan hemodinamik tidak stabil.
Pada pasien dengan kontraindikasi trombolisis, maka dapat dilakukan tindakan bedah embolektomi pulmoner surgikal atau terapi kateter perkutan direk. Setelah terapi reperfusi, maka terapi dapat diubah ke terapi antikoagulan oral.[1-3]
Trombolisis
Pada pasien dengan syok dan hemodinamik tidak stabil disarankan untuk dilakukan trombolisis sistemik. Terapi trombolisis lebih cepat dalam mengembalikan perfusi dibandingkan antikoagulan. Efikasi trombolisis ditemukan lebih baik pada emboli paru dengan durasi di bawah 48 jam, namun terapi ini juga dapat diberikan pada pasien dengan onset 6–14 hari.
Menurut American College of Chest Physician (ACCP), trombolisis sistemik diindikasikan pada pasien dengan tekanan sistolik < 90 mmHg. Panduan The American Heart Association (AHA) juga merekomendasikan pemberian trombolisis pada pasien bardikardia < 40 kali/menit.
Dosis trombolisis, yakni streptokinase, urokinase, dan alteplase, berdasarkan panduan ESC dapat dilihat pada Tabel 2. Efek samping trombolisis dapat berupa perdarahan hebat, termasuk perdarahan intrakranial. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat saat pemberian terapi sangat diperlukan.[1-3]
Tabel 2. Regimen Trombolitik Pada Emboli Paru
Streptokinase | 250.000 IU dosis loading selama 30 menit diikuti dengan 100.000 IU/jam selama 12 – 24 jam |
Regimen percepatan: 1,5 juta IU selama 2 jam | |
Urokinase | 4400 IU/kg dosis loading selama 10 menit diikuti dengan 4400 IU/kg per jam selama 12 – 24 jam |
Regimen percepatan: 3 juta IU selama 2 jam | |
Alteplase | 100 mg selama 2 jam; atau |
0,6 mg/kg selama 15 menit (dosis maksimum 50 mg) |
Sumber: dr. Audric Albertus, Alomedika, 2023.[3]
Intervensi Medis
Tindakan intervensional umumnya dilakukan apabila pasien emboli paru memiliki kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolisis. Embolektomi dan filter vena cava merupakan tindakan alternatif yang dapat dilakukan pada pasien emboli paru.[1,3,5,11]
Terapi Kateter Direk
Terapi kateter direk merupakan tindakan memasukkan kateter sampai arteri pulmoner, yang kemudian dilanjutkan dengan trombolisis dengan bantuan ultrasound, embolektomi suction, embolektomi rotasional, atau aspirasi thrombus. Akan terapi, tindakan ini memiliki risiko menyebabkan terjadinya perforasi arteri pulmoner atau tamponade kardiak.[1-3]
Embolektomi
Tindakan embolektomi direkomendasikan pada pasien emboli paru hemodinamik tidak stabil yang kontraindikasi menjalani trombolisis atau yang gagal terapi trombolitik sistemik. Tindakan ini bersifat invasif dan memiliki tingkat mortalitas mencapai 27%. Akan tetapi, pada pasien yang berhasil dilakukan tindakan, tingkat kelangsungan hidup dilaporkan cukup tinggi (84%). [1-3]
Filter Vena cava
Terapi ini bertujuan untuk menghentikan jalannya emboli dan mencegah masuknya emboli ke sirkulasi pulmoner. Filter ini diindikasikan pada tromboemboli vena yang memiliki kontraindikasi absolut antikoagulan, dan pasien dengan tromboemboli vena rekuren walaupun sudah diberikan terapi antikoagulan.[1-3]