Panduan E-Prescription Alomedika Gout
Panduan e-Prescription untuk gout atau gout arthritis ini dapat digunakan oleh dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Gout arthritis adalah penyakit progresif deposisi kristal Monosodium Urate (MSU) akibat hiperurisemia kronik di bagian sendi, ginjal, dan jaringan ikat. Dibutuhkan waktu 10 – 15 tahun peningkatan asam urat untuk menunjukan manifestasi klinis gout.[1-3]
Perjalanan alamiah gout terdiri dari tiga fase, yaitu: hiperurisemia tanpa gejala klinis, artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal), dan arthritis gout kronis.[1,4]
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gout arthritis biasa ditemukan pada fase akut.
Tanda dan gejala gout arthritis akut:
- Nyeri hebat dan nyeri sentuh mendadak mencapai puncak 6 – 12 jam
- Nyeri monoarthritis akut
- Nyeri pada sendi metatarsophalangeal (podagra) disertai hiperurisemia yang berulang.
- Pernah mengalami flare[1,4]
Fase interkritikal dan gout kronis adalah periode bebas gejala diantara dua serangan gout akut. Diagnosis fase interkritikal ditandai dengan penemuan kristal MSU pada sendi yang tidak meradang.[1,4]
Diagnosis pasti gout arthritis adalah ditemukannya kristal MSU pada pemeriksaan aspirasi tofi. Namun, dikarenakan pemeriksaan ini jarang dilakukan, diagnosis didapatkan berdasarkan peningkatan kadar asam urat disertai manifestasi klinis pasien.[1,5]
Peringatan
Penderita gout arthritis seringkali memiliki komorbid lain. Prevalensi gout arthritis ditemukan tinggi pada penderita hipertensi, gagal ginjal (gagal ginjal kronis dan gagal ginjal akut), gagal jantung, diabetes melitus, obesitas, dan kongesti jantung. Pada penyakit komorbid hipertensi, pertimbangkan untuk mengganti terapi antihipertensi golongan thiazide atau loop diuretic akibat adanya peningkatan presipitasi episode gout. Untuk pasien dislipidemia, pertimbangkan memulai terapi statin dan fenofibrat.[1,6]
Dokter perlu merujuk penderita ke dokter spesialis terkait bila terdapat beberapa hal berikut :
- Etiologi hiperurisemia tidak jelas
- Etiologi nilai normal asam urat tidak jelas
- Pasien dengan gangguan ginjal, misalnya seperti gagal ginjal kronis
- Gagal pengobatan dengan terapi xanthine oxidase inhibitor
- Efek samping obat yang berlebihan
- Tidak ada perbaikan kondisi setelah terapi[5,6]
Pemberian obat golongan xanthine oxidase inhibitor ( contoh: allopurinol) dapat diberikan setelah serangan akut ditangani dan dihentikan setelah serangan akut.[5-7]
Pada pasien dengan gagal ginjal berat yang mengalami gout arthritis akut, hindari pemberian kolkisin dan Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS). Kortikosteroid adalah tata laksana pilihan pada pasien dengan kondisi ini. Pada pasien yang mendapat terapi P-glikoprotein dan/atau CYP3A4 (contoh: siklosporin), kolkisin tidak boleh diberikan.[1]
Pada pasien dengan gagal ginjal akut di atas stage 2, pemberian febuxostat perlu dilakukan dosis penyesuaian.[1,8]
Terapi menggunakan kolkisin memiliki jangka teraputik yang pendek. Pemberiaan kolkisin secara terapetik maupun insidental dengan dosis berlebih dapat menimbulkan toksisitas pada pasien. Toksisitas ini ditandai dengan gejala gastrointestinal yang memburuk secara cepat hingga asidosis laktat, multiorgan failure dan kematian. Sehingga penting bagi dokter untuk menjelaskan risiko pemberian kolkisin pada pasien dan tidak ragu untuk menghentikan pengobatan jika ditemukan tanda diare dan muntah.[1,2]
Medikamentosa
Terapi pada gout arthritis dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan pada serangan akut dan pengobatan jangka panjang
Terapi Pengobatan Gout Arthritis Akut
Beberapa pilihan terapi pada serangan akut adalah kolkisin, OAINS, atau kortikosteroid.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid:
Indomethacin 150-200mg/hari selama tiga hari
Naproxen 2 x 500 mg selama 2-5 hari
Celecoxib 2 x 200mg selama 2-5 hari.[1,5,7]
- Dosis awal 1 mg, diikuti oleh 500 mcg setiap 2-3 jam. Dosis maksimum 10 mg/hari sampai rasa nyeri hilang. Hentikan pengobatan jika terjadi muntah atau diare.
- Pengobatan tidak boleh diulang dalam selang 3 hari[1,5,7]
Kortikosteroid
Prednison 20-40mg/hari selama 3-4 hari. Dosis diturunkan bertahap dalam 1-2 minggu[1,5,7]
Terapi Pengobatan Interkritikal/Kronis
Terapi ini diberikan pada pasien yang memiliki gout dengan tophi/tophus, mengalami serangan akut >2 kali/tahun, penyakit ginjal kronis diatas stage 2, dan riwayat urolithiasis.[1]
Pilihan terapi lini pertama:
Allopurinol: dosis awal 100mg/hari, dilanjut dengan 100-200 mg/hari pada kondisi ringan dan 300-600 mg/hari pada kondisi berat
Probenecid: dosis awal 250 mg dua kali/hari setelah makan. Dosis dapat tingkatkan setelah seminggu hingga 500 mg dua kali/hari sampai 2 g/hari dalam 2-4 dosis[5-7]
Pilihan terapi lini kedua:
- Febuxostat: dosis inisial 40 mg/hari. Dapat ditingkatkan 80 mg/hari selama 2 minggu jika kadar serum asam urat < 6 mg/dL tidak tercapai[1,8]
Non Medikamentosa
Pada gout arthritis, selain terapi menggunakan obat-obatan, modifikasi gaya hidup perlu dilakukan untuk mengurangi gejala dan mempercepat proses penyembuhan
- Hindari makanan tinggi purin seperti daging merah dan tinggi protein, kaldu, hati, ginjal, kerang dan ekstrak ragi.
- Hindari minuman tinggi purin seperti alkohol dalam bentuk bir dan anggur merah
- Pada pasien obesitas, lakukan diet untuk mencapai berat badan ideal
- Hindari aktivitas yang menimbulkan trauma pada sendi
- Perbanyak konsumsi air putih lebih dari 2 liter per hari
- Olahraga dengan risiko trauma sendi minimal, seperti bersepeda dan berenang[1,5]
Terapi pada Kehamilan
Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa penggunaan obat-obatan baik pada serangan akut dan jangka panjang pada gout arthritis, diantaranya indometasin, naproksen, celecoxib, prednisone, dan alupurinol masuk dalam kategori C dan D berdasarkan FDA. Pemberian obat-obatan tersebut tidak diperbolehkan pada kehamilan.[9,10]
Probenesid merupakan satu-satunya obat yang dapat diberikan pada kondisi kehamilan dan masuk kategori B pada gout arthritis. Penggunaan probenesid diketahui tidak mengakibatkan efek samping serius pada hewan coba. Penelitian lain pada ibu hamil juga menemukan bahwa penggunaan probenesid tidak menimbulkan kejadian abortus, partus prematurus, dan kematian janin.[9,10]