Pendahuluan Mastoiditis
Mastoiditis adalah suatu proses inflamasi pada mastoid air cells, supurasi dan nekrosis pada tulang temporal. Mastoiditis terbagi menjadi dua yaitu mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media akut (OMA) dengan keluhan terjadi kurang dari 1 bulan. Sedangkan mastoiditis kronis merupakan komplikasi dari otitis media supuratif kronis (OMSK), yang biasanya disertai dengan terbentuknya kolesteatoma secara bersamaan, dengan keluhan yang terjadi lebih dari 1 bulan.[1–3,27]
Mastoiditis merupakan kasus yang paling sering terjadi di negara berkembang dan paling sering terjadi pada anak–anak dibandingkan orang dewasa.[1–3]
Gambar 1. Mastoiditis
Penyebab terjadinya mastoiditis bermula pada infeksi di telinga bagian tengah (otitis media) yang tidak diobati dengan baik, hingga akhirnya infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, termasuk mastoid air cells.[2,4]
Mastoiditis memiliki manifestasi klinis seperti demam, nyeri telinga (otalgia), dan gangguan pendengaran (tuli konduktif). Pada pemeriksaan telinga, inspeksi akan tampak adanya kemerahan pada area sekitar mastoid (postauricular erythema), sedangkan pada palpasi akan didapatkan nyeri tekan, edema, dan hangat. Biasanya pada pemeriksaan otoskop ditemukan membran timpani bulging dengan pus di belakangnya.[4,27]
Penatalaksanaan mastoiditis disesuaikan dengan derajat keparahan penyakit dengan atau tanpa komplikasi yang menyertai. Penatalaksanaan medikamentosa pada mastoiditis berupa pemberian antibiotik intravena, bila tidak resolusi dalam 48 jam, terapi pembedahan mungkin diindikasikan. Tindakan pembedahan pada mastoiditis dapat berupa miringotomi atau timpanosentesis, mastoidektomi, timpanostomi, dan timpanoplasti.[1,27]
Komplikasi mastoiditis terbagi menjadi dua, yakni ekstrakranial dan intrakranial. Komplikasi ekstrakranial antara lain kelemahan pada nervus VII (fasialis), tuli, abses subperiosteal, osteomielitis kranial, dan petrositis. Sedangkan komplikasi intrakranial, antara lain meningitis, abses serebri, dan cerebral venous sinus thrombosis (CVST).[2]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli