Pendahuluan Epididimitis
Epididimitis merupakan kondisi inflamasi pada epididimis dengan fitur klinis berupa demam, piuria, nyeri, skrotum yang membengkak dan epididimis yang membesar. Penyakit ini sering kali berhubungan dengan infeksi saluran kemih yang menyebar ke epididimis.[1,2]
Epididimitis merupakan diagnosis yang umum ditemukan di poli rawat jalan, satu dari lima diagnosis urologi yang paling sering ditemukan pada laki-laki berusia 18‒50 tahun. Epididimitis umumnya terjadi karena penyebaran infeksi secara retrograde ascending pada traktus urinarius.[1,2]
Etiologi dari epididimitis bergantung pada umur pasien. Epididimitis paling sering ditemukan pada laki-laki berusia 14–35 tahun dengan patogen Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Pada umur lainnya, bakteri coliform merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Epididimitis juga dapat disebabkan oleh penyebab noninfeksi, seperti penggunaan amiodarone atau penyakit Behcet.[2]
Keluhan pasien epididimitis adalah bengkak dan nyeri skrotum unilateral, disertai keluhan infeksi saluran kemih bawah. Tes diagnostik, seperti pewarnaan Gram dan kultur sekresi uretra dapat dilakukan untuk mencari patogen penyebab. Kemungkinan torsio testis harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum mendiagnosis epididimitis, yaitu dengan tes Prehn dan refleks kremaster.[2,3]
Pengobatan epididimitis terdiri dari terapi suportif dan terapi antibiotik, yang disesuaikan dengan keluhan dan faktor risiko yang dimiliki pasien. Apabila epididimitis disebabkan oleh patogen infeksi menular seksual, maka pasangan pasien harus juga dievaluasi dan diobati. Epididimitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti abses, infark testis, dan infertilitas pria.[1,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini