Epidemiologi Ruptur Uretra
Data epidemiologi menunjukkan bahwa ruptur uretra terjadi pada 6–32% tindakan kateterisasi yang tidak tepat pada laki-laki. Kejadian striktur uretra terkait kateterisasi mencapai 32%, sedangkan terkait operasi transuretra (transurethral resection of the prostate/TURP maupun transurethral resection of the bladder/TURB) mencapai 2,2–9,8%. Selain itu, sebanyak 6% terkait dengan radioterapi dan 0,5–32% terkait prostatektomi radikal.[4,7]
Global
Sebuah publikasi tahun 2011 melaporkan insidensi ruptur uretra sekitar 3,5–28,8% pada pasien laki-laki dengan fraktur pelvis. Pada wanita, prevalensi ruptur uretra ditemukan pada 10 dari 1000 kelahiran per vaginam.[5,7]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi mengenai ruptur uretra di Indonesia.
Mortalitas
Cedera uretra pada dasarnya tidak mengancam nyawa secara langsung, tetapi kondisi medis, seperti trauma, lainnya yang terjadi bersamaan yang sering kali membahayakan nyawa fraktur pelvis dan perdarahan internal, syok hemoragik, trauma toraks, abdomen, maupun spinal. Apabila tidak ditangani secara adekuat, ekstravasasi urine yang terjadi dapat menyebabkan infeksi, sepsis, uremia, bahkan kematian.[4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli