Olahraga diharapkan dapat membantu mengontrol kenaikan berat badan ibu hamil. Hal ini patut diperhatikan karena kenaikan berat badan saat hamil (gestational weight gain) yang berlebihan dapat meningkatkan risiko retensi berat badan postpartum dan risiko komplikasi antenatal maupun postnatal.
Sebagian besar pasien merasa khawatir untuk berolahraga saat hamil. Padahal, kondisi overweight atau obesitas saat hamil justru dapat meningkatkan risiko morbiditas ibu dan janin. Untuk menjawab persoalan ini, berbagai studi telah dilakukan untuk membuktikan efektivitas dan keamanan olahraga untuk mengontrol kenaikan berat badan ibu hamil dan menurunkan risiko obesitas.[1,2]
Dampak Obesitas pada Kehamilan
Peningkatan berat badan gestasional yang berlebih sering terjadi karena ibu hamil cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan. Ibu hamil dengan peningkatan berat badan gestasional berlebih kemudian akan berisiko mengalami retensi berat badan postpartum yang berlebih dan dapat berujung pada obesitas postpartum.
Selain itu, obesitas juga dapat terjadi di masa prenatal. Obesitas saat hamil dapat meningkatkan risiko diabetes gestasional, hipertensi gestasional, preeklampsia, kelahiran preterm, bayi lahir mati, makrosomia, dan persalinan secara sectio caesarea. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas juga dilaporkan memiliki risiko penyakit metabolik.[2,3]
Manfaat dan Keamanan Olahraga saat Hamil
Penatalaksanaan medikamentosa obesitas dan pembedahan bariatrik tidak dapat dipilih selama kehamilan. Oleh karena itu, konsumsi diet sehat dan olahraga menjadi tata laksana utama saat hamil. Olahraga selama kehamilan tidak meningkatkan risiko abortus dan anomali kongenital. Kurangnya olahraga dan tingginya berat badan justru menjadi faktor risiko berbagai komplikasi kehamilan.[2,4-6]
Studi oleh DiPietro et al
Suatu umbrella review oleh DiPietro et al terhadap 76 tinjauan sistematik dan meta analisis menunjukkan ada bukti kuat bahwa olahraga intensitas moderat (selama 150 menit/minggu) bisa menurunkan risiko gestational weight gain berlebih dan menurunkan risiko diabetes gestasional.
Selain itu, ada juga bukti lemah yang menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko hipertensi gestasional dan preeklampsia. Namun, belum ada bukti yang cukup untuk menjelaskan hubungan olahraga dengan penurunan berat badan postpartum.[7]
Studi oleh Ruchat et al
Ruchat et al melakukan tinjauan sistematik dan meta analisis terhadap 84 studi dengan total 21.530 partisipan. Hasil menunjukkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko gestational weight gain berlebih sebanyak 32% (OR 0,68; 95% CI 0,57–0,80; I2=12%).
Jenis olahraga yang dianjurkan adalah jalan kaki, aerobik air, atau latihan resistensi minimal 2 hari/minggu dan/atau minimal 35 menit setiap sesi. Peneliti juga menemukan bahwa olahraga mengurangi retensi berat badan postpartum meskipun tidak signifikan (-0,92 kg, 95% CI -1,84–0,00 kg; I2=0%).
Efek samping yang dilaporkan dari olahraga saat hamil adalah meningkatnya risiko inadequate gestational weight gain atau kenaikan berat badan ibu hamil berada di bawah nilai rekomendasi (OR 1,32; 95% CI 1,04–1,67; I2=0%). Namun, hasil ini didapat hanya dari lima uji klinis acak dengan sampel terbatas, sehingga disarankan untuk diinterpretasikan secara hati-hati.[8]
Studi oleh Du et al
Meta analisis oleh Du et al mempelajari 13 studi dengan total 1.439 partisipan. Hasil menunjukkan bahwa olahraga pada wanita hamil yang overweight atau obesitas bisa menurunkan gestational weight gain (rata-rata perbedaan 1,14 kg; 95% CI = -1,67 sampai -0,62, P <0,0001).
Selain itu, olahraga pada wanita hamil yang overweight atau obesitas juga dapat menurunkan risiko diabetes gestasional (RR = 0,71; 95% CI = 0,57–0,89; P = 0,004). Namun, olahraga dilaporkan tidak berpengaruh signifikan pada hipertensi gestasional, preeklampsia, makrosomia, persalinan caesar, dan kelahiran prematur. Peneliti tidak menemukan bukti efek samping olahraga pada bayi.[9]
Studi oleh Bisson et al
Suatu studi acak preliminary oleh Bisson et al terhadap 50 partisipan menunjukkan bahwa kelompok wanita hamil yang berolahraga mengalami kenaikan berat badan yang lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Kelompok kontrol juga mengalami peningkatan persentase lemak tubuh yang lebih tinggi daripada kelompok olahraga.[10]
Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Hamil
Olahraga pada kehamilan memiliki risiko yang minimal dan memberikan manfaat yang baik. Menurut rekomendasi 2019 Canadian Guideline for Physical Activity throughout Pregnancy, wanita hamil yang tidak memiliki kontraindikasi dianjurkan aktif secara fisik selama kehamilan dengan melakukan olahraga intensitas moderat. Olahraga tersebut dilakukan minimal 150 menit/minggu dan minimal 3 hari/minggu.
Olahraga yang dianjurkan adalah aerobik, latihan resistensi, yoga, pilates, peregangan ringan, jalan kaki, berenang, dan bersepeda. Namun, wanita hamil dianjurkan untuk tidak berolahraga pada kondisi lingkungan yang sangat panas, kelembaban yang tinggi, ataupun di dataran dengan ketinggian >2500 m. Beberapa olahraga yang sebaiknya dihindari oleh wanita hamil adalah ski, berselancar, menunggang kuda, menyelam, dan hot yoga. Olahraga lain dengan risiko trauma juga tidak dianjurkan.[4,6,10,11]
Kontraindikasi absolut untuk berolahraga adalah ketuban pecah, perdarahan vagina persisten, plasenta previa, preeklampsia, inkompetensi serviks, dan kehamilan kembar dengan lebih dari dua janin. Selain itu, penyakit penyerta kardiovaskular, respirasi, atau sistemik juga menjadi kontraindikasi.
Kontraindikasi relatif olahraga saat hamil adalah riwayat abortus berulang, hipertensi gestasional, anemia simtomatik, malnutrisi, gangguan makan, perokok berat, hipertiroid, riwayat kejang tidak terkontrol, serta kehamilan kembar. Wanita pada kelompok ini mungkin bisa melakukan olahraga ringan-sedang setelah berdiskusi dengan dokter kandungan mengenai keuntungan dan risikonya.[4,11]
Kesimpulan
Kenaikan berat badan yang berlebih saat hamil dapat meningkatkan risiko retensi berat badan postpartum dan risiko komplikasi antenatal maupun postnatal. Obesitas saat hamil bisa meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional, hipertensi gestasional, preeklampsia, kelahiran preterm, makrosomia, dan persalinan dengan sectio caesarea.
Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa olahraga mampu mengurangi risiko gestational weight gain berlebih dan mampu mengurangi risiko diabetes gestasional. Bukti terkait pengaruh olahraga pada komplikasi lain dan pada penurunan retensi berat badan postpartum sebenarnya masih lemah, tetapi intervensi ini dinilai aman dilakukan oleh ibu hamil sehingga tetap dianjurkan.
Olahraga yang disarankan adalah olahraga intensitas sedang minimal 3 kali seminggu dengan durasi 30–60 menit. Ibu hamil bisa dianjurkan berolahraga bila tidak memiliki kontraindikasi, seperti perdarahan vagina persisten, plasenta previa, preeklampsia, inkompetensi serviks, dan lainnya.[4-10]