Dental sealant selama ini efektif digunakan dalam mencegah karies gigi. Dental sealant adalah lapisan tipis yang diaplikasikan sebagai pelindung pada permukaan kunyah gigi belakang di daerah ceruk gigi atau pit and fissure, sehingga tindakan ini disebut juga pit and fissure sealant.[1-6]
Sejak pertama kali diperkenalkan di tahun 1967, dental sealant telah berkembang pesat terutama bahan, indikasi, dan efektivitasnya. Berbagai penelitian telah dilakukan, sehingga praktisi kedokteran gigi harus menelaah perkembangan mutakhir dental sealant untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.[1-7]
Permasalahan Karies Gigi
Karies gigi masih merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan Global Burden of Disease Study tahun 2017, karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dialami dari seluruh penyakit gigi dan mulut secara global. Sekitar 2,3 miliar orang mengalami karies pada gigi permanen, dan lebih dari 530 juta anak mengalami karies pada gigi sulung.[6,8,9]
Karies Gigi di Indonesia
Berdasarkan RISKESDAS (riset kesehatan dasar) di Indonesia tahun 2018, prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 88,8% populasi. Karies gigi merupakan permasalahan serius yang meluas dan dialami sebagian besar penduduk Indonesia.[10]
Pendataan karies gigi pada RISKESDAS juga menggunakan indeks DMF-T, yang menggambarkan jumlah gigi dengan karies yang belum dirawat (decayed), telah dicabut atau indikasi pencabutan (missing), dan telah ditambal (filling). Hasil skor indeks pada gigi permanen di Indonesia adalah rata-rata DMF-T sebesar 7,1, dengan skor D-T 4,5, skor M-T 2,5, dan skor F-T 0,1.[10]
Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata penduduk memiliki 4,5 gigi karies aktif yang belum dirawat, 2,5 gigi hilang karena karies, dan hanya 0,1 gigi karies yang telah ditambal.[10]
Perjalanan Penyakit Karies Gigi
Berbagai cara pencegahan adalah dengan menyikat gigi dan menggunakan fluor, obat kumur, dan dental floss. Selain itu, dilakukan juga pengendalian diet dan pemasangan dental sealant. Namun, karies gigi merupakan penyakit yang masih sulit dikendalikan karena etiologi bersifat multifaktorial.[1,6,7,9,10,12]
Karies gigi terjadi bila terdapat biofilm bakteri pada permukaan gigi. Metabolisme bakteri akan mengubah sisa makanan, terutama sukrosa, menjadi asam yang akan menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi. Bila proses demineralisasi berlangsung dalam waktu yang cukup panjang maka akan menimbulkan lubang dan kerusakan jaringan gigi.[1,2,6,12]
Dental Sealant dan Pencegahan Karies Gigi
Permukaan kunyah pada gigi belakang, yaitu gigi geraham (molar) dan gigi geraham kecil (premolar), memiliki daerah yang berbentuk lekukan ceruk (pit and fissure). Fissure adalah lekukan pada permukaan gigi, sedangkan pit adalah cekungan pada pertemuan >2 fissure. Ceruk tersebut merupakan struktur normal anatomi gigi.[6,12]
Ceruk yang sempit dan dalam tersebut menjadi tempat bacterial biofilm dan sisa makanan mudah tertinggal. Terlebih lagi, daerah dasar ceruk gigi sering tidak mudah dijangkau sikat gigi sehingga sangat rentan mengalami karies gigi. Meskipun permukaan kunyah gigi hanya 12,5% dari seluruh permukan gigi, tetapi 90% karies terjadi di daerah ceruk gigi belakang.[2,7,13]
Manfaat Dental Sealant
Dental sealant sebagai lapisan tipis yang ditempatkan di daerah ceruk gigi akan menjadi barrier yang melindungi daerah tersebut dari karies gigi. Dental sealant akan menjadi lapisan yang secara mikromekanis melekat erat dan melindungi permukaan gigi.[3-5,7]
Dental sealant efektif mencegah karies gigi dengan cara:
- Membuat ceruk gigi menjadi lebih dangkal dan datar sehingga bakteri dan sisa makanan tidak mudah tersangkut
- Mencegah permukaan gigi kontak dengan asam yang berasal dari metabolisme biofilm bakteri dengan sisa makanan
- Mencegah terjadi demineralisasi dan kerusakan gigi[1,6]
Efektivitas Dental Sealant
Tinjauan sistemik Cochrane tahun 2017 menunjukkan dental sealant pada permukaan gigi geraham permanen dapat mereduksi karies gigi 11−51% setelah evaluasi 2 tahun. Efektivitas tersebut masih terlihat pada evaluasi 4 dan 9 tahun setelah pemberian dental sealant.[1]
Systematic review oleh American Dental Association (ADA) bekerja sama dengan American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) menunjukkan reduksi insidensi karies pada permukaan kunyah gigi geraham permanen sekitar 80%, pada anak-anak dan remaja setelah 2 tahun pemberian. Hasil tersebut tetap bertahan sebesar 50% setelah 4 tahun.[5]
Selain itu, pada semua penelitian yang dilakukan tidak terlihat dampak buruk dental sealant. Jika dibandingkan dengan fluoride varnish, dental sealant lebih baik dalam mereduksi insidensi karies pada permukaan kunyah gigi geraham permanen sekitar 70%.[5]
Pemberian dental sealant juga menguntungkan secara ekonomi, yaitu dapat memperkecil biaya penambalan atau perawatan gigi lainnya. Berdasarkan analisis efektivitas biaya, pelaksanaan program dental sealant memberikan manfaat ekonomi lebih besar, terutama pada individu dengan risiko tinggi karies gigi.[2,4,7,15,16]
Indikasi Pemberian Dental Sealant
Pemberian dental sealant dapat dilakukan oleh dokter gigi atau terapis gigi dan mulut. Proses pengerjaan mudah, tidak terlalu lama, dan relatif tanpa rasa sakit. Terdapat peralatan portable yang mempermudah pemberian dental sealant di masyarakat, termasuk di sekolah.[1,4]
Pemberian pada Anak
Pemberian pertama dental sealant pada gigi permanen anak dilakukan sekitar usia 6 tahun, ketika gigi geraham pertama permanen tumbuh. Pemberian dilanjutkan setiap kali gigi belakang permanen erupsi menggantikan gigi sulung.[1,3,4,12]
Hal ini karena risiko karies gigi paling besar pada periode awal erupsi gigi permanen. Anak berusia 6−11 tahun yang tidak diberikan dental sealant memiliki risiko karies gigi hampir 3 kali lebih besar daripada anak dengan dental sealant.[1,3,4,12]
Dental sealant juga dapat diberikan pada gigi sulung anak, terutama bila terdapat ceruk yang dalam pada permukaan kunyah gigi belakang. Dental sealant pada gigi sulung akan mencegah kerusakan hingga nanti diganti gigi permanen.[3,7,12]
Pemberian pada Dewasa
Risiko karies gigi meningkat seiring bertambahnya usia. Pemberian dental sealant pada dewasa dapat dilakukan pada kondisi gigi sehat yang memiliki ceruk dalam, dan penggunaan piranti perawatan ortodonti yang berpotensi menyebabkan retensi plak. Dental sealant juga dilakukan pada gigi dengan karies dini atau demineralisasi yang belum menyebabkan lubang (non cavitated lesion), yaitu struktur luar gigi yang buram dengan bercak putih (white spot).[3,5-7,12,13]
Dental sealant menunjukkan kemampuan menghentikan perkembangan karies dini yang lebih baik daripada pemberian fluoride varnish. [5,6,12,13]
Evaluasi Pemberian Dental Sealant
Umumnya, setiap tahun 5−10% dental sealant akan rusak atau lepas, sehingga perlu diperbaiki atau diganti. Selain itu, terdapat risiko caries associated with restorations or sealants (CARS) sehingga perlu pemeriksaan rutin ke dokter gigi.[3,4,6,7]
Perbandingan Bahan Dental Sealant
Berbagai bahan dental sealant telah dikembangkan dan digunakan pada praktik kedokteran gigi, yaitu resin based sealants, glass ionomer sealants, resin modified glass ionomer sealants, dan polyacid-modified resin sealants (compomers). Berdasarkan polimerisasi untuk pengerasannya, resin based sealants terdiri atas 4 generasi.[1,5,17-21]
Penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam efektivitas mencegah karies gigi antara berbagai jenis bahan dental sealant. Walaupun bahan resin memiliki retensi perlekatan dengan gigi yang lebih baik daripada glass ionomer, tetapi tidak terdapat perbedaan efektivitas dalam pencegahan karies gigi.[1,5,17-21]
Resin Based Sealants
Bahan resin mengandung urethane dimethacrylate (UDMA) atau disebut juga bisphenol A-glycidyl methacrylate (bis-GMA). Berdasarkan polimerisasi untuk pengerasannya terdiri atas 4 generasi.[1,7,13,14]
Polimerisasi generasi pertama menggunakan sinar ultra violet yang mengaktivasi inisiator di dalam resin. Sedangkan Generasi kedua memiliki polimerisasi secara kimiawi atau auto-polymerizing resin-based sealants (ARBS). Polimerisasi terjadi dengan menambahkan bahan aktivator tertiary amine pada komponen resin, dan kemudian diaduk. Reaksi kimiawi yang terjadi akan menghasilkan radikal bebas yang menginisiasi pengerasan polimerisasi. Generasi pertama dan kedua telah tidak digunakan lagi.[1,7,13,14]
Saat ini, digunakan resin generasi ketiga dan keempat. Polimerisasi generasi ketiga menggunakan sinar dengan panjang gelombang +470 nm (blue region), dan disebut light-polymerizing resin-based sealants (LRBS). Bahan fotoinisiator yang terdapat pada resin akan diaktivasi oleh sinar hingga terjadi pengerasan. Waktu pengerjaan dapat dikendalikan, karena bahan tidak akan mengeras sebelum dilakukan penyinaran. Pada awalnya, penyinaran untuk pengerasan membutuhkan waktu 1‒2 menit, tetapi kini terdapat bahan dengan waktu penyinaran hanya 10‒20 detik.[1,7,13,14]
Bahan resin generasi keempat melepaskan fluoride, disebut fluoride-releasing resin-based sealants (FRBS). Bahan ini menambahkan partikel fluorida pada LRBS. Namun, FRBS dalam jangka panjang tidak dapat menyimpan atau melepaskan fluorida, hingga tidak memiliki kelebihan daripada LRBS.[1,7,13,14]
Glass Ionomer Sealants
Bahan kombinasi semen silikat dan semen poliakrilat, yang dapat melepaskan fluoride untuk mencegah karies gigi. Bahan ini melekat secara kimiawi pada enamel dan dentin berdasarkan reaksi asam, antara aqueous-based polyacrylic acid dengan fluoroaluminosilicate glass powder. Generasi awal glass ionomer memiliki viskositas rendah, tetapi generasi berikutnya memiliki viskositas yang tinggi dan melepaskan fluoride dalam jumlah yang lebih besar.[1,7,13,14]
Resin Modified Glass Ionomer Sealants
Bahan ini merupakan penambahan resin pada glass ionomer cement. Pengerasan bahan ini diinisiasi oleh otoaktivitas dari komponen resin, kemudian diikuti dengan reaksi berbasis asam untuk komponen ionomer. Bahan ini melepaskan fluoride dalam waktu kerja lebih lama dan kurang sensitif terhadap air.[1,7,13,14]
Polyacid-Modified Resin Sealants (Compomers)
Bahan yang menggabungkan keunggulan resin based sealants dengan glass ionomer sealants. Pengerasan bahan polimerisasinya dengan sinar seperti pada resin, dan melepaskan fluoride seperti pada glass ionomer cement.[1,7,13,14]
Teknik Dental Sealant
Teknik pengerjaan dental sealant bervariasi menurut jenis dan pabrik yang memproduksi. Umumnya, teknik diawali dengan isolasi, pembersihan, dan pengeringan jaringan gigi. Kemudian dilakukan pengetsaan serta mungkin diperlukan penggunaan bahan bonding pada permukaan kunyah gigi yang akan diberikan dental sealant. Selanjutnya dilakukan aplikasi dan polimerisasi bahan dental sealant.[4,7,13,14]
Phosphoric acid merupakan bahan yang digunakan untuk melakukan pengetsaan. Pada awalnya, kadar phosphoric acid yang digunakan 85%, tetapi saat ini digunakan kadar 35−37%. Waktu pengetsaan juga direduksi, dari 60 detik menjadi 20 detik.[7]
Teknik Penyinaran Laser
Penelitian mutakhir menunjukkan penyinaran laser sebelum aplikasi bahan dental sealant dapat dilakukan untuk menggantikan pengetsaan. Penggunaan laser terbukti aman, efektif, dan dapat diterima pasien. Keuntungan penggunaan laser adalah mengurangi kemungkinan kontaminasi saliva yang dapat terjadi pada pengetsaan.[22-25]
Laser juga akan meningkatkan sterilisasi permukaan gigi yang akan diberi dental sealant. Namun, retensi bahan dental sealant tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan penggunaan laser.[22-25]
Kesimpulan
Dental sealant merupakan metode yang efektif mencegah karies gigi. Dental sealant sebagai lapisan pelindung yang ditempatkan pada permukaan kunyah gigi belakang, terutama digunakan untuk mencegah karies sejak usia dini. Oleh karena itu, dental sealant dianjurkan untuk dilakukan sejak gigi geraham pertama permanen tumbuh, yaitu sekitar usia 6 tahun.
Namun, dental sealant juga dapat digunakan oleh remaja dan dewasa, karena makin bertambah usia maka kejadian karies gigi makin meningkat. Pemberian dental sealant pada dewasa dilakukan pada gigi sehat yang memiliki ceruk dalam, pengguna piranti perawatan ortodonsi yang berisiko penumpukan plak, dan gigi dengan karies dini.
Kontrol ke dokter gigi untuk evaluasi penggunaan dental sealant harus dilakukan setiap tahun, karena lapisan perlu diperbaiki atau diganti. Selain itu, perlu pemeriksaan rutin risiko caries associated with restorations or sealants (CARS).
Terdapat berbagai bahan yang yang digunakan untuk dental sealant, di mana tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam efektivitas mencegah karies gigi antara berbagai jenis bahan tersebut. Demikian pula dengan penggunaan teknik pengetsaan sinar laser, yang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam retensi dental sealant.